
Foto: pita ungu simbol untuk meningkatkan kesadaran dan mendukung orang dengan lupus.
Penulis: Nirmala Hanifah
TVRINews, Jakarta
Dunia memperingati Hari Lupus Sedunia (World Lupus Day) setiap tanggal 10 Mei. Dimana, peringatan tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran global tentang lupus penyakit autoimun kronis yang masih sering kurang dipahami oleh masyarakat umum.
Apa Itu Lupus?
Lupus adalah penyakit autoimun, yaitu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang sel dan jaringan tubuhnya sendiri.
Lupus dapat menyerang berbagai bagian tubuh, termasuk kulit, sendi, ginjal, otak, dan organ dalam lainnya. Salah satu bentuk lupus yang paling umum adalah Systemic Lupus Erythematosus (SLE).
Gejala lupus sangat bervariasi, mulai dari kelelahan ekstrem, nyeri sendi, ruam kulit berbentuk kupu-kupu di wajah, hingga gangguan organ dalam.
Karena gejalanya mirip dengan banyak penyakit lain, lupus kerap sulit didiagnosis dan membutuhkan perhatian medis yang serius.
Peringatan ini memiliki beberapa tujuan penting, antara lain:
- Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang lupus dan dampaknya terhadap kehidupan penderitanya
- Mendorong deteksi dini agar pengobatan bisa lebih efektif
- Memberikan dukungan kepada para penyandang lupus (yang sering disebut odapus)
- Mendorong perhatian pemerintah dan lembaga kesehatan untuk mendanai riset dan menyediakan layanan medis yang lebih baik
Simbol kesadaran lupus adalah pita berwarna ungu. Warna ini melambangkan keberanian dan semangat para odapus dalam menghadapi tantangan penyakit mereka sehari-hari.
Masyarakat umum bisa berkontribusi dengan cara:
- Menyebarkan informasi yang benar tentang lupus
- Mendukung kampanye kesadaran lupus di media sosial
- Mengikuti atau mengadakan kegiatan amal dan edukasi terkait lupus
- Menunjukkan empati dan dukungan moral kepada para odapus
Hari Lupus Sedunia adalah momen penting untuk menyuarakan hak-hak para penyandang lupus dan meningkatkan perhatian global terhadap penyakit yang sering kali tidak terlihat namun sangat memengaruhi kualitas hidup penderitanya.
Dengan edukasi dan empati, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan suportif bagi mereka yang hidup dengan lupus.
Baca Juga: Kemendagri Dorong Pemda Aktif Dukung Gerakan Lawan TBC
Editor: Redaktur TVRINews
