
Said Iqbal: Hari Buruh Bukan Libur, Tapi Perjuangan
Penulis: Ridho Dwi Putranto
TVRINews, Jakarta
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, menegaskan bahwa Hari Buruh Internasional atau May Day bukan sekadar hari libur, melainkan momen perjuangan kaum buruh dalam menuntut hak dan keadilan sosial di Indonesia.
“May Day is not a holiday, May Day is struggling on labor issues. May Day bukan tentang libur kaum buruh, tapi bagaimana mengingat kembali penderitaan mereka untuk memperjuangkan isu-isu buruh,” kata Said Iqbal dalam orasinya di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, Kamis, 1 Mei 2025.
Iqbal menyinggung sejarah kelam asal-usul May Day yang bermula dari tragedi Haymarket di Chicago, Amerika Serikat, di mana ribuan buruh menjadi korban kekerasan saat memperjuangkan tiga delapan yakni delapan jam kerja, delapan jam istirahat, dan delapan jam bersosialisasi.
“Perjuangan yang sangat sederhana, tapi dibayar mahal. Seratus ribu orang dibantai, selokan-selokan penuh darah,” ucapnya.
Meski demikian, Iqbal mengapresiasi kehadiran Presiden Prabowo Subianto bersama jajaran menteri Kabinet Merah Putih dalam peringatan May Day 2025. Ia menyebut kehadiran Presiden sebagai bentuk nyata keberpihakan kepada buruh dan rakyat kecil.
Dalam kesempatan itu, Iqbal juga menyampaikan enam tuntutan utama kaum buruh kepada pemerintah, yakni penghapusan sistem outsourcing, pembentukan Satuan Tugas (Satgas) PHK, pemberian upah layak.
Kemudian, penyusunan Undang-Undang Ketenagakerjaan yang baru, pengesahan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT), dan percepatan pengesahan RUU Perampasan Aset sebagai komitmen terhadap pemberantasan korupsi.
Ia berharap pemerintah dapat mempertimbangkan aspirasi buruh dalam kebijakan ke depan demi mewujudkan keadilan sosial dan perlindungan hak pekerja di seluruh Indonesia.
Baca Juga: Said Iqbal Sampaikan Enam Tuntutan Buruh ke Presiden Prabowo dalam May Day 2025
Editor: Redaktur TVRINews
