
Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Siti Nugraha Mauludiah, saat menyampaikan sambutan kunci secara daring dalam Dialog Lintas Agama ke-9 di Aula KBRI
Penulis: Intan Kw
TVRINews, Jakarta
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Den Haag, Belanda, mengadakan Dialog Lintas Agama ke-9 yang dihadiri oleh sejumlah pejabat pemerintahan, pimpinan lembaga, akademisi, serta tokoh media dan pemuda dari Belanda dan Indonesia.
Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Siti Nugraha Mauludiah menyatakan, masyarakat berada dalam tantangan dinamika geopolitik dimana intoleransi semakin meningkat dan politik nasional berlebihan mempersempit ruang toleransi. Di belahan dunia tertentu, terjadi peningkatan gerakan nasionalis dan sikap anti-migrasi, sebaliknya penerimaan terhadap perbedaan semakin menurun.
“Kita memang perlu membangun literasi keagamaan lintas budaya dan kolaborasi multi-agama berdasarkan inklusivitas. Komunikasi dan kerja sama dengan orang-orang dari agama dan budaya berbeda menjadi lebih penting dari sebelumnya,” kata Siti dalam keterangan tertulis yang diterima tvrinews.com, Kamis, 16 Mei 2024.
Baca Juga: World Water Forum Ke-10 Diharapkan Fokus Terhadap Kelestarian Air
Dialog Lintas Agama ini melibatkan sekitar 10 pembicara termasuk Direktur Eksekutif Institut Leimena sebagai satu-satunya narasumber dari Indonesia yang hadir langsung di KBRI Den Haag untuk menyampaikan paparan berjudul ‘Literasi Keagamaan Lintas Budaya: Studi Kasus Indonesia Hidup Berdampingan Antar Agama Secara Damai.
Siti menjelaskan Dialog Lintas Agama antara Indonesia dan Belanda yang dimulai sejak tahun 2006 atau selama 18 tahun terakhir, telah berkembang dari platform yang digerakkan pemerintah menjadi platform yang lebih berbasis komunitas. Forum ini juga semakin memberikan partisipasi lebih luas dan peran utama aktor non-negara dalam dialog.
Disisi lain, Ia berharap Dialog Lintas Agama ini dapat mengarah pada kemungkinan proyek nyata berbasis komunitas khususnya mengenai moderasi beragama di Indonesia.
Menurutnya, tujuan utama Dialog Lintas Agama, ketika pertama kali diperkenalkan oleh Kemlu RI tahun 2004 adalah meningkatkan toleransi beragama dan saling pengertian antar umat beragama tentang pentingnya hidup rukun dan damai.
Baca Juga: Tahura Ngurah Rai Siap Dikunjungi Delegasi World Water Forum ke-10
“Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, namun tanggung jawab semua orang,” ucapnya.
Siti menegaskan pemain utama Dialog Lintas Agama adalah aktor non-negara seperti pemimpin agama, akademisi, pemuda, lembaga pemikir, media, dan komunitas akar rumput. Peran mereka dalam menjembatani pemahaman, toleransi, dan persatuan di antara orang-orang yang berbeda keyakinan sangatlah penting.
“Pemerintah adalah fasilitator yang meletakkan landasan dan jalan. Pemerintah harus mendukungnya, sedangkan rakyat yang menjadi aktor, pemainnya,” tuturnya.
Editor: Redaktur TVRINews