
Repro negatif potret Raden Ajeng Kartini (foto 1890-an)
Penulis: Nirmala Hanifah
TVRINews, Jakarta
Siapa yang tak mengenal Raden Ajeng Kartini? Ia merupakan sosok perempuan tangguh ini dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional yang berjasa besar dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, khususnya dalam bidang pendidikan.
Tak hanya itu, R.A Kartini juga merupakan simbol emansipasi perempuan Indonesia, yang hingga kini namanya selalu dikenang setiap tanggal 21 April.
Perjuangan Awal R.A. Kartini
R.A. Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, pada 21 April 1879 ini sejak kecil, ia sudah menunjukkan kepeduliannya terhadap ketidakadilan yang dialami perempuan, terutama dalam hal akses pendidikan.
Dimana pada saat itu, pendidikan hanya dapat dinikmati oleh kalangan bangsawan atau pejabat pemerintah, dan sangat terbatas bagi perempuan.
Kartini yang memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah dasar khusus anak-anak Eropa dan kalangan elite.
Baca Juga: Kartini Jalanan: Ibu Pengamen Lawan Takdir
Namun, ketika menginjak usia remaja, ia tidak lagi diizinkan melanjutkan pendidikannya karena tradisi saat itu mengharuskan perempuan untuk tinggal di rumah dan mempersiapkan diri menjadi istri.
Meski tidak lagi bersekolah, semangat belajar Kartini tidak surut. Ia mulai membaca banyak buku yang dikirim oleh teman-temannya dari Belanda.
Dari sanalah Kartini mulai tertarik dengan pola pikir dan kehidupan perempuan Eropa yang dinilai lebih maju.
Ia mulai menyadari bahwa perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki, baik dalam hal pendidikan, pekerjaan, maupun kehidupan sosial.
Langkah Nyata dan Warisan Kartini
Tak hanya membaca dan belajar secara mandiri, Kartini juga mulai membagikan ilmu kepada perempuan lain di sekitarnya.
Ia mengajarkan mereka membaca, menulis, dan berbagai pengetahuan lainnya. Kartini juga aktif menulis surat kepada sahabat-sahabatnya di Belanda, seperti Rosa Abendanon, yang kemudian menghimpun surat-surat tersebut dalam buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Setelah menikah, Kartini mendapatkan dukungan dari suaminya untuk mendirikan sekolah bagi perempuan.
Sayangnya, perjuangan Kartini terhenti lebih cepat. Ia wafat pada 17 September 1904, di usia yang sangat muda, 25 tahun. Meski begitu, cita-citanya tetap hidup. Pada tahun 1912, Yayasan Kartini mendirikan Sekolah Kartini yang tersebar di berbagai daerah.
Pengakuan dan Peringatan Hari Kartini
Sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya, pemerintah Indonesia menetapkan R.A. Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964.
Baca Juga: "Kartini Berdaya": Semangat Kartini Gema di Samarinda
Sejak saat itu, tanggal kelahirannya, 21 April, diperingati setiap tahun sebagai Hari Kartini.
Kartini bukan hanya seorang tokoh pendidikan, tetapi juga pejuang kemanusiaan yang mengangkat derajat perempuan Indonesia.
Dalam salah satu suratnya, ia menuliskan bahwa banyak gadis di Indonesia yang tidak dapat bersekolah karena masih terkungkung oleh tradisi.
Ia juga menyuarakan keprihatinannya terhadap perlakuan tidak adil yang diterima perempuan dari kaum laki-laki.
Pemikiran dan perjuangan Kartini telah membuka jalan bagi perempuan Indonesia untuk mendapatkan hak yang setara.
Ia menjadi inspirasi lintas generasi, membuktikan bahwa satu suara, satu keberanian, dan satu tindakan bisa mengubah masa depan.
Editor: Redaktur TVRINews