Penulis: Alfin
TVRINews, Jakarta
Komisi VII DPR RI menegaskan komitmennya dalam mendorong transformasi pariwisata Danau Toba sebagai motor penggerak ekonomi nasional dan destinasi kelas dunia. Pernyataan ini disampaikan Wakil Ketua Komisi VII, Lamhot Sinaga, dalam diskusi publik bertema “Menatap Masa Depan Danau Toba” yang digelar di Universitas Kristen Indonesia (UKI), Jakarta, Jumat, 13 Juni 2025.
Dalam pemaparannya, Lamhot menyampaikan bahwa sektor pariwisata Indonesia memiliki potensi besar, bahkan menyaingi sektor unggulan lain seperti migas dan ekspor non-migas.
“Pada tahun 2024 sektor pariwisata Indonesia berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar 4,01-4,5%. Pada tahun 2019 devisa pariwisata mengungguli Migas dan Ekspor Non-Migas dengan capaian USD 20 miliar. Ini menandakan bahwa pariwisata bukan hanya sektor pelengkap, melainkan bisa menjadi andalan utama pendapatan negara,” ungkap Lamhot.
Ia menegaskan pentingnya strategi yang tepat untuk menjadikan Danau Toba sebagai destinasi unggulan dunia. Dalam konteks internasional, Danau Toba memiliki potensi melampaui danau-danau terkenal lainnya seperti Danau Como (Italia), Geneva (Swiss), dan Kawaguchi (Jepang).
“Danau Toba harus memiliki strategi tersendiri yang menonjolkan keunggulannya. Kita bisa mengembangkan konsep wisata berbasis eco-spiritualisme yang bersumber dari kearifan lokal Batak seperti Dalihan Na Tolu dan Habonaran Do Bona,” ujar Lamhot.
Lamhot juga menyoroti pentingnya diversifikasi produk wisata, termasuk leisure tourism seperti spa alam, yoga resort, pusat kesehatan berbasis budaya, serta lokasi healing di Huta Ginjang, Bakkara, dan Pulau Samosir.
Meski memiliki potensi besar, Lamhot menilai regulasi yang tidak kondusif masih menjadi penghambat utama dalam pengembangan pariwisata Danau Toba, khususnya dari sisi investasi jangka panjang.
“HGU untuk green operation dalam omnibus law bisa sampai 80 tahun. Sementara PMK dari Kementerian Keuangan hanya memberi 30 tahun. Kalau hanya 30 tahun, investor mundur teratur,” tegas Lamhot.
Komisi VII, kata Lamhot, telah meminta secara resmi Kementerian Keuangan untuk meninjau ulang aturan tersebut dan mendesak Kementerian Pariwisata untuk melayangkan surat permintaan perubahan. Tujuannya adalah menciptakan iklim investasi yang lebih menarik dan berkelanjutan di sektor pariwisata Danau Toba.
Untuk mendorong Danau Toba ke level global, Lamhot mengusulkan penyelenggaraan lebih banyak event internasional berskala besar.
“Terdapat enam event internasional yang sedang didorong, seperti Pacuan Kuda Asia Pasifik Series, Trail of the King Lake Toba, International Watersport Festival, Tour Danau Toba, Toba Caldera Ironman, hingga Paragliding World Series,” jelasnya.
Ia meyakini event berskala internasional akan meningkatkan perputaran ekonomi dan menjadikan Danau Toba magnet wisatawan mancanegara, sebagaimana terbukti lewat F1 Powerboat dan Aquabike tahun 2024 yang menghasilkan ratusan miliar rupiah.
“Pariwisata adalah lokomotif pertumbuhan inklusif menuju visi Indonesia 2045,” pungkas Lamhot.
Mendukung pernyataan Lamhot, diskusi publik juga menyoroti pentingnya sinergi multi-sektor. Ketua Umum IMAIBANA, Efran Sihombing, menyampaikan bahwa keberhasilan pariwisata tidak cukup dengan infrastruktur, tetapi juga memerlukan kesadaran, pendidikan, dan peran aktif masyarakat.
Komisi VII, melalui perwakilan seperti Lamhot Sinaga, membuka ruang kolaborasi legislatif-eksekutif untuk mendesain kebijakan yang berpihak pada pembangunan jangka panjang Danau Toba sebagai ikon global pariwisata Indonesia.
Baca Juga: SDN 020 Sepaku Diresmikan Usai Revitalisasi, Wujud Komitmen Pendidikan Berkualitas di IKN
Editor: Redaktur TVRINews