
Foto: Ilustrasi keadaan di Kashmir, perbatasan India dan Pakistan (AFP Photo)
Penulis: Nirmala Hanifah
TVRINews, Jakarta
Kepala Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO), Hasan Nasbi, menanggapi meningkatnya ketegangan antara India dan Pakistan yang kini menjadi perhatian dunia.
Hasan menegaskan bahwa ancaman konflik global yang semakin dekat ini telah diingatkan oleh Presiden Prabowo Subianto pada masa kampanye Pemilu 2019.
Pada saat itu, Prabowo mengungkapkan bahwa Indonesia sebagai bangsa harus selalu siap dan waspada terhadap kemungkinan terjadinya perang, karena situasi dunia dapat berubah sewaktu-waktu.
"Coba teman-teman kita side back ke tahun 2019, ketika masa kampanye, ketika debat, Pak Prabowo bilang kita sebagai sebuah bangsa selalu harus siap dan waspada karena perang bisa terjadi kapan saja," ujarnya pada Minggu, 11 Mei 2025.
Hasan mengakui bahwa pada masa itu banyak yang meragukan peringatan Prabowo.
Sebagian besar orang, menurutnya, merasa bahwa dunia tengah berada dalam periode damai dan tidak ada kemungkinan perang besar.
"Banyak ahli yang waktu itu entah naif, entah sok tahu, kita nggak tahu. Mereka bilang 20 tahun ke depan nggak akan ada perang, dunia lagi damai kok, siapa yang hari ini mau perang," lanjutnya.
Namun, kini peringatan Prabowo terbukti. Konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia, seperti perang Rusia-Ukraina, invasi Israel ke Gaza, dan kini ketegangan antara India dan Pakistan, menunjukkan bahwa dunia tidak seaman yang dibayangkan banyak orang.
Hasan juga mengingatkan bahwa perang di mana pun di dunia ini pasti akan berdampak pada keamanan, ekonomi, dan geopolitik global.
"Perang di manapun itu pasti dunia secara keseluruhan terganggu. Dan minggu ini ada perang yang makin dekat ke negara kita. Nggak jauh ini," ujarnya
Ia juga menambahkan, bahwa ketegangan antara India dan Pakistan menjadi semakin dekat dengan Indonesia.
Dengan jarak yang hanya beberapa jam penerbangan dari Indonesia dan melibatkan dua negara yang memiliki senjata nuklir, Hasan menekankan bahwa situasi ini sangat berisiko.
"Ini beberapa jam penerbangan sudah sampai di daerah konflik di antara dua negara yang punya senjata nuklir. Kita nggak tahu nih follow up-nya gimana," tutupnya.
Baca Juga: Pemerintah Akan Kaji soal Penempatan Anak Bermasalah di Barak Militer
Editor: Redaktur TVRINews