
Foto: Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza (dok. Kemenperin)
Penulis: Ridho Dwi Putranto
TVRINews, Jakarta
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan komitmennya dalam mendukung transformasi industri baja nasional melalui keikutsertaan aktif dalam ajang Iron-Steel Summit & Exhibition Indonesia (ISSEI) 2025.
Mengusung tema “Bersama Industri Baja Nasional, Membangun Fondasi Menuju Indonesia Emas 2045”, ISSEI 2025 menjadi wadah penting bagi Kemenperin dalam menyampaikan arah kebijakan serta menggalang kolaborasi lintas pemangku kepentingan.
Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menyebut, industri baja merupakan sektor strategis yang kerap dijuluki mother of industry, karena menopang banyak sektor penting seperti konstruksi, otomotif, energi, dan manufaktur.
"Peranannya sangat vital dalam mendorong pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Wamen Riza dalam keterangan tertulis, Sabtu, 24 Mei 2025.
Wamen Riza mengungkapkan bahwa industri logam dasar nasional mencatat pertumbuhan mengesankan sebesar 14,47 persen pada kuartal I tahun 2025. Selain itu, nilai investasi di subsektor ini mencapai Rp67,3 triliun atau sekitar 14,5 persen dari total investasi nasional pada periode Januari–Maret 2025.
Menurutnya, produksi baja kasar Indonesia juga menunjukkan lonjakan signifikan, mencapai 17 juta ton pada 2024. Capaian ini menempatkan Indonesia sebagai produsen baja terbesar ke-14 di dunia.
Untuk menjaga momentum tersebut, Kemenperin meluncurkan sejumlah kebijakan strategis. Di antaranya, pengamanan perdagangan dan pengendalian impor guna melindungi produsen dalam negeri dari praktik perdagangan yang merugikan.
"Pemerintah juga memperkuat penegakan dan perluasan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk meningkatkan kualitas serta daya saing produk baja nasional," lanjutnya.
Tak hanya itu, penggunaan produk dalam negeri turut dipromosikan secara masif, termasuk melalui jaminan pasokan energi bersaing lewat skema Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) yang kini diperluas penerapannya untuk sektor baja.
“Kami juga memberikan berbagai insentif fiskal seperti tax allowance, tax holiday, serta penyusunan master list bahan baku strategis guna mendukung iklim investasi,” tambahnya.
Lebih lanjut, Wamen Riza mengatakan bahwa Kemenperin juga mendorong kolaborasi produsen baja nasional dengan Southeast Asia Iron and Steel Institute (SEASI). Kerja sama ini diharapkan mampu meningkatkan efisiensi sekaligus memperkuat praktik industri yang berkelanjutan.
Langkah tersebut menjadi penting dalam merespons tantangan global, termasuk diberlakukannya kebijakan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) oleh Uni Eropa.
“Sebagai bentuk dukungan terhadap transisi menuju industri baja hijau, pemerintah telah menyiapkan berbagai inisiatif dari bantuan teknis, pemberian insentif fiskal dan nonfiskal, hingga penegakan standar industri hijau serta penghargaan untuk pelaku industri yang berkomitmen terhadap keberlanjutan,” pungkasnya.
Baca Juga:
Wamensos Hormati Kebijakan Daerah Soal Penempatan Siswa 'Nakal' di Barak Militer |
Editor: Redaksi TVRINews