
Kemendiktisaintek Luncurkan Gerakan "Kampus Berdampak" untuk Indonesia Emas 2045
Penulis: Lidya Thalia.S
TVRINews, Jakarta
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) meluncurkan inisiatif transformatif bertajuk "Kampus Berdampak".
Gerakan ini bertujuan mendorong perguruan tinggi di Indonesia untuk tidak hanya menghasilkan lulusan dan publikasi, tetapi juga menjadi pusat solusi dan inovasi yang dapat mentransformasi kehidupan masyarakat, sekaligus mendukung pencapaian Indonesia Emas 2045.
Peluncuran gerakan tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Khairul Munadi, dalam acara "Ngopi Bareng" bersama awak media di Gedung D Kemendiktisaintek, Senayan, Jakarta Pusat, pada Selasa, 29 April 2025.
Acara ini juga dihadiri oleh sejumlah direktur di lingkungan Ditjen Diktiristek yang memiliki peran penting dalam pengembangan konsep "Kampus Berdampak", di antaranya Plt. Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Berry Juliandi.
Munadi menjelaskan bahwa gerakan "Kampus Berdampak" merupakan bagian dari agenda strategis Kemendikbudristek untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Ia menekankan pentingnya peran perguruan tinggi yang tidak hanya berfungsi sebagai menara gading, tetapi juga sebagai motor penggerak perubahan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan.
"Kita ingin perguruan tinggi tidak hanya menjadi menara gading, tetapi juga motor penggerak perubahan sosial dan ekonomi berkelanjutan," ujar Munadi dalam acara tersebut.
Lebih lanjut, Munadi menjelaskan evolusi peran perguruan tinggi dari "University 1.0", yang fokus pada pengajaran, menuju "University 4.0", yang menekankan pada transformasi sosial, keberlanjutan, dan kontribusi terhadap Sustainable Development Goals (SDGs).
"Kami berharap, banyak perguruan tinggi kita dapat bertransformasi menuju University 4.0. 'Kampus Berdampak' ini adalah analogi kampus dalam konteks 4.0," tegasnya.
Untuk mencapai visi ini, Munadi menyerukan perubahan paradigma di perguruan tinggi. Ia mengingatkan bahwa perguruan tinggi perlu melakukan disrupsi diri, keluar dari rutinitas lama, dan berani mengkritisi hal-hal yang tidak berorientasi pada dampak nyata bagi masyarakat.
"Perguruan tinggi perlu melakukan disrupsi diri, keluar dari rutinitas lama, dan berani mengugat hal-hal yang tidak berorientasi pada dampak nyata bagi masyarakat," katanya.
Kolaborasi lintas sektor, penumbuhan budaya riset dan inovasi yang berakar pada kebutuhan masyarakat, serta pemanfaatan otonomi kreatifitas dianggap sebagai kunci keberhasilan gerakan ini.
Selain itu, Munadi memaparkan kontribusi direktoratnya dalam mendukung "Kampus Berdampak". Fokus utamanya adalah pada kolaborasi sumber daya, termasuk dosen, tenaga kependidikan, sarana prasarana, dan pemangku kepentingan lainnya.
Beberapa program yang mendukung inisiatif ini antara lain beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU), beasiswa Keturunan Handaian untuk tenaga kependidikan, serta fasilitasi studi lanjut ke luar negeri dengan skema full funding.
"Tanpa tenaga kependidikan yang mumpuni, dampak perguruan tinggi juga akan terbatas. Oleh karena itu, peningkatan kualifikasi dosen dan tenaga kependidikan menjadi prioritas kami," jelas Munadi.
Kemendiktisaintek berharap dukungan dari media untuk menyebarluaskan semangat "Kampus Berdampak", sehingga seluruh perguruan tinggi di Indonesia tergerak untuk bersama-sama membangun masa depan bangsa yang berdaya dan berkelanjutan.
Berbagai instrumen kebijakan, kolaborasi lintas kementerian, serta kemitraan global akan terus diupayakan untuk mewujudkan visi ini.
Baca Juga: Pemerintah Bentuk Panitia Seleksi Calon Wakil Ketua Dewan Komisioner LPS 2025-2030
Editor: Redaktur TVRINews