Penulis: Fityan
TVRINews – Jakarta
Presiden Prabowo dijadwalkan menyampaikan pidato pada 23 September 2025 di New York, urutan ketiga di hari pertama Sidang Majelis Umum PBB.
Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan akan menyampaikan pidato dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 23 September 2025. Ini menandai keberlanjutan tradisi kepemimpinan Indonesia di panggung dunia yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Presiden Soekarno dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Hasan Nasbi, mengungkapkan bahwa pidato Presiden Prabowo akan disampaikan pada hari pertama, di urutan ketiga.
"Presiden nanti dijadwalkan pidato di hari pertama dan urutan ketiga pada tanggal 23 September," ujar Hasan Nasbi di Kantor PCO, Jakarta Pusat.
Meskipun demikian, Hasan belum merinci secara spesifik tema pidato yang akan diusung. Namun, ia tak menutup kemungkinan bahwa pidato tersebut akan menyentuh isu-isu penting seperti ekonomi dan geopolitik.
"Ya, tidak menutup kemungkinan tetapi kan saya tidak bisa kasih bocoran apa-apa. Biar nanti, tunggu aja pidato Presiden nanti," ungkap Hasan.
Agenda lain selama lawatan Presiden Prabowo ke Amerika Serikat juga belum diungkapkan secara detail. "Yang jelas perjalanan ke sana untuk berpidato, agenda lain saya belum bisa berkomentar," tambahnya.
Jejak Presiden RI di Sidang Umum PBB
Lawatan Presiden Prabowo ke forum internasional ini mengingatkan pada jejak tiga pendahulunya yang pernah menyampaikan pidato di Sidang Umum PBB.
Sukarno: Membangun Dunia Baru
Presiden pertama RI, Soekarno, menyampaikan pidato legendaris berjudul "To Build The World A New" atau "Membangun Dunia Kembali" pada 30 September 1960. Dalam pidato setebal 28 halaman tersebut, Soekarno dengan tegas menyuarakan kekuatan nasionalisme Indonesia dan semangat anti-penjajahan. Ia bahkan menyinggung bahwa demokrasi bukan hanya milik Barat, melainkan juga memiliki akarnya dalam peradaban Indonesia.
SBY: Utusan Perdamaian
Presiden ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono, tercatat sebagai presiden yang paling sering hadir di Sidang Umum PBB, lebih dari enam kali. Ia memulai kehadirannya pada Sidang Umum ke-60 tahun 2005. SBY konsisten mengangkat isu-isu perdamaian dunia, diplomasi, serta penanganan krisis pangan dan energi global.
Jokowi: Absen Fisik, Hadir Virtual
Berbeda dengan para pendahulunya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak pernah hadir secara fisik di Sidang Umum PBB. Akibat pandemi Covid-19, ia hanya berpidato secara virtual pada Sidang Umum ke-75 dan 76. Dalam pidatonya, Jokowi menekankan pentingnya penanganan pandemi yang adil dan merata, serta menyinggung politisasi dan diskriminasi vaksin yang terjadi di tingkat global.
Baca juga: Menag Minta Usut Tuntas Peristiwa Teras Ambruk Saat Maulid Nabi
Editor: Redaksi TVRINews