Penulis: Muhammad Suhendri
TVRINews, Rokan Hulu
Desa Suka Maju, merupakan satu dari desa yang berada di Kecamatan Rambah, Kabupaten Rokan Hulu, Riau yang berdekatan dengan Ibukota Pasir Pengaraian. Desa Suka Maju sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani karet.
Seperti dilakukan H. Abdul Jalil (72) dan rekan-rekannya, rutin pergi ke kebun untuk ‘menderes’ atau bahasa daerah setempat untuk kegiatan menyayat pohon karet yang hasil getahnya diolah menjadi bahan baku karet. Abdul Jalil memiliki sorang istri bernama Ida (50) dan dikaruniai 6 orang anak.
Mereka tinggal di sebuah rumah semi permanen berukuran 16x8 meter. Hasil karet sendiri baru bisa di jual setelah satu minggu usai dideres. Saat ini di temui, Abdul Jalil membawa bongkahan karet dengan menggunakan sepeda motor untuk di jual. Setelah ditimbang, karet yang di hasilkan Abdul Jalil sepekan seberat 80 kilogram.
Baca juga: Sakit Menjelang Sidang, Terdakwa Lukas Enembe Kembali Dibantarkan di RS
"Saya menderes karet milik orang pak hasilnya di bagi dua," kata Abdul Jalil, Minggu, 16 Juli 2023.
Harga karet saat Abdul menjual hanya di hargai Rp 7000,- perkilogram. Bila dikalikan 80 kilogram hasilnya Rp 560.00.
"Saya berharap ke pemerintah harga karet naik pak menjadi Rp 12000,- per kilogram. Jika dibandingkan tahun dulu harga karet sebesar Rp 15000," harap Abdul Jalil.
Dia juga menjelaskan, dengan harga karet saat ini tidak cukup untuk membantu perekonomiannya.
"Jika saya rasakan harga karet saat ini tidak cukup pak untuk memenuhi kebutuhan keluarga," jelasnya.
Abdul Jalil mengatakan, sudah 50 tahun menjadi petani karet. Saat ini Abdul Jalil tidak memiliki Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
"Saya tidak memiliki BPJS, jika sakit saya berobat kampung pak," ungkap Abdul Jalil.
Anak mau jadi Polisi sementara itu, Abdul Jalil bercerita bahwa anaknya yang paling kecil bercita-cita ingin menjadi seorang Polisi. Dia berharap anak bungsunya itu dapat lulus menjadi seorang abdi negara.
"Anak saya bercita-cita ingin jadi polisi. Tahun lalu sudah ikut daftar tapi tidak lulus nanti akan dicoba daftar lagi semoga anak saya lulus biar tidak seperti saya bekerja menderes karet," imbuhnya.
Sementara itu, Ketua kelompok tani Desa Suka maju, Nasri (43) memaparkan, tonase untuk karet di desa itu telah banyak mengalami penurunan. Hal tersebut, kata Nasri dikarenakan harga karet yang sangat rendah.
Baca juga: Satgas TMMD Renovasi Rumah Tak Layak Huni, Di Perbatasan Nunukan
"Saat ini tonase jumlah karet dari kelompok tani kami mengalami penurunan dikarena harga karet menurun harganya," beber Nasri.
Nasri mengatakan, dikarenakan harga karet turun, banyak petani karet yang mengalih fungsikan lahannya ke lahan kelapa sawit.
"Saat ini masyarakat yang memiliki lahan karet banyak yang mengalih fungsikan lahannya ke lahan sawit pak. Saya berharap kepada pemerintah agar memperhatikan petani karet," tutupnya.
Editor: Redaktur TVRINews