
Pacu Jalur Masuk Daftar Warisan Budaya UNESCO
Penulis: Ridho Dwi Putranto
TVRINews, Kuantan Singingi
Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) tengah memperjuangkan agar tradisi Pacu Jalur masuk dalam daftar warisan budaya tak benda UNESCO. Langkah ini menjadi upaya memperkuat identitas budaya Rantau Kuantan yang telah mendunia.
Festival Pacu Jalur tahun ini menjadi momentum penting bagi Pemkab Kuansing. Selain sebagai ajang promosi wisata, helat yang berlangsung selama lima hari itu juga menegaskan komitmen pelestarian tradisi yang sudah diwariskan turun-temurun sejak ratusan tahun lalu.
Pacu Jalur bukan sekadar lomba balap perahu, tetapi sarat nilai-nilai luhur masyarakat. Filosofinya mencerminkan semangat kebersamaan, gotong royong, persatuan, dan silaturahmi. Nilai ini tergambar mulai dari proses pembuatan jalur hingga pelaksanaan perlombaan.
Tahun 2025 menandai penyelenggaraan Pacu Jalur yang ke-122 sejak pertama kali diperlombakan pada tahun 1903. Kini, event budaya masyarakat adat Rantau Kuantan itu telah viral hingga mancanegara, menjadikannya salah satu festival kebanggaan Indonesia.
Menurut tokoh adat Kenegerian Teluk Kuantan, Datuk Paduko Rajo Ir Emil Harda MM MBA, Pacu Jalur memiliki sejarah panjang. Pada awalnya, jalur hanyalah alat transportasi masyarakat di sepanjang Sungai Kuantan.
Wilayah yang dahulu dikenal dengan sebutan Rantau Kuantan dan Antau Singingi ini dilintasi dua sungai besar, yakni Sungai Kuantan dan Sungai Singingi. Keduanya berperan penting dalam kehidupan masyarakat, mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga transportasi.
Sejarah mencatat, sejak abad ke-17, transportasi darat belum berkembang. Perahu menjadi tumpuan utama, bahkan berkembang menjadi jalur yang lebih besar untuk mengangkut hasil bumi, ikan, hingga orang.
Dari sinilah lahir Pacu Jalur, yang kemudian berkembang menjadi tradisi budaya sekaligus pesta rakyat terbesar di Kuansing.
Kini, Pacu Jalur bukan hanya milik masyarakat lokal, melainkan telah menjadi ikon budaya Indonesia yang sedang diperjuangkan agar diakui dunia melalui UNESCO
Editor: Redaksi TVRINews