
Lebih dari 106 Ribu Rumah Rusak di Aceh, BNPB Siapkan Skema Relokasi dan Pembangunan Hunian Aman
Penulis: Christhoper Natanael Raja
TVRINews, Aceh
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat kerusakan bangunan di Provinsi Aceh akibat rangkaian bencana banjir dan longsor pada akhir November 2025 mencapai angka yang sangat besar. Hingga Selasa, 16 Desember 2025, total bangunan rusak di Aceh tercatat sebanyak 106.058 unit.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menjelaskan kerusakan tersebut mencakup kategori rusak ringan, sedang, hingga berat.
“Jumlah bangunan rusak akibat bencana di wilayah Aceh mencapai 106.058 unit. Kerusakan terdiri atas rusak parah, sedang, dan ringan,” ujar Muhari, Selasa, 16 Desember 2025.
Ia merinci, rumah dengan kategori rusak ringan tercatat sebanyak 46.779 unit, rusak sedang 22.951 unit, dan rusak berat mencapai 36.328 unit. BNPB menyiapkan dua pendekatan dalam pembangunan hunian pascabencana, yakni pembangunan di lokasi semula dan relokasi.
“Pembangunan hunian nantinya, baik yang direlokasi maupun yang tetap di lokasi awal. Yang di lokasi awal ini khususnya untuk rumah rusak ringan,” ucap Muhari.
Sementara itu, skema relokasi akan diperuntukkan bagi rumah yang mengalami rusak berat atau hilang akibat bencana. Lokasi relokasi akan ditentukan melalui pembahasan bersama pemerintah daerah setempat dan dipastikan berada jauh dari potensi ancaman bencana.
“Untuk relokasi, diperuntukkan bagi rumah rusak berat atau hilang. Titik relokasi harus aman dan jauh dari potensi bencana,” kata Muhari.
Adapun rumah rusak ringan akan dibangun kembali di kawasan semula dengan penataan yang lebih baik dan memperhatikan aspek mitigasi bencana.
“Rumah rusak ringan dibangun dengan kawasan yang ditata sebaik mungkin serta menghindari potensi bencana serupa, termasuk aspek mitigasi baik dari struktur bangunan maupun lainnya,” tutur Muhari.
Sebelumnya, BNPB juga melaporkan jumlah korban jiwa akibat bencana banjir dan longsor yang melanda tiga provinsi, yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, terus bertambah. Hingga 16 Desember 2025, total korban meninggal dunia tercatat mencapai 1.053 jiwa.
“Pada hari ini terdapat penambahan 23 korban meninggal dunia dibandingkan data kemarin,” ujar Muhari.
Rinciannya, Provinsi Aceh mencatat tambahan 18 korban meninggal, terdiri atas 17 orang di Kabupaten Aceh Tamiang dan satu orang di Kabupaten Aceh Utara. Sementara di Sumatera Utara terdapat tambahan lima korban meninggal dunia di Kabupaten Tapanuli Tengah.
Dengan demikian, total korban meninggal dunia tercatat 449 jiwa di Aceh, 360 jiwa di Sumatera Utara, dan 244 jiwa di Sumatera Barat.
Jumlah korban hilang juga mengalami penurunan dari sebelumnya 206 orang menjadi 200 orang. Rinciannya, 31 orang di Aceh, 79 orang di Sumatera Utara, dan 90 orang di Sumatera Barat masih dalam proses pencarian.
Dari sisi pengungsian, BNPB mencatat sebanyak 606.040 jiwa masih berada di lokasi pengungsian. Pengungsi terbanyak berada di Aceh dengan 571.201 jiwa, disusul Sumatera Utara 21.579 jiwa dan Sumatera Barat 13.260 jiwa.
BNPB juga mencatat masih terdapat 28 kabupaten dan kota yang menetapkan status tanggap darurat, masing-masing 12 daerah di Aceh, delapan daerah di Sumatera Utara, dan lima daerah di Sumatera Barat.
BNPB bersama pemerintah daerah dan unsur terkait terus melanjutkan upaya pencarian korban hilang, penanganan pengungsi, serta pemulihan awal di wilayah terdampak bencana.
Editor: Redaktur TVRINews
