
Prof. Brian Schmidt: Peringkat Universitas Dunia Menyesatkan Arah Pendidikan
Penulis: Nirmala Hanifah
TVRINews, Bandung
Profesor Brian Schmidt, peraih Nobel Fisika dan mantan Rektor Australian National University, buka suara soal pernyataannya pada wawancara lima tahun lalu dengan Sydney Morning Herald, terkait kritik tajam terhadap sistem pemeringkatan universitas global.
Dimana, ia menegaskan jika peringkat universitas dunia dianggap telah menyimpang dari tujuan pendidikan tinggi yang sesungguhnya.
Menurut Schmidt, sistem peringkat universitas pada dasarnya bukan dibuat untuk memperbaiki mutu pendidikan, melainkan untuk menjual iklan dan menarik calon mahasiswa.
“Mereka dibuat agar mahasiswa tahu ke mana ingin melanjutkan studi. Tapi cara menentukan universitas yang ‘baik’ sangat mudah dimanipulasi,” ujarnya kepada awak media termasuk tvrinews.com usai acara Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 yang digelar di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), ITB, Jawa Barat pada Jumat, 8 Agustus 2025
Ia menilai, penggunaan parameter seragam untuk mengukur kualitas universitas di seluruh dunia adalah kekeliruan besar.
“Kebutuhan universitas di Indonesia sangat berbeda dengan universitas seperti Cambridge. Menilai mereka dengan standar yang sama membuat universitas merasa harus menjadi ‘Cambridge yang kaya’, bukan menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri,” jelas Schmidt.
Lebih jauh, ia menyebut pilar-pilar penilaian yang digunakan oleh lembaga peringkat nyaris tidak berkaitan dengan pengalaman nyata mahasiswa.
Banyak universitas dengan skor tinggi justru tidak peduli pada kenyamanan dan kebutuhan mahasiswa mereka.
Sebaliknya, terusnya universitas yang benar-benar fokus pada pendidikan sering kali tidak mendapat pengakuan dari sistem peringkat tersebut.
“Universitas jadi terjebak dalam perlombaan menaikkan peringkat, bukan memenuhi kebutuhan nyata mahasiswa. Ini distorsi besar dalam sistem pendidikan tinggi,” tambahnya.
Sebagai alternatif, Schmidt mendorong lahirnya platform berbasis kebutuhan mahasiswa.
“Bayangkan jika ada alat yang memungkinkan mahasiswa memasukkan apa yang mereka cari program studi, gaya belajar, lingkungan belajar lalu sistem itu menyaring universitas yang paling cocok untuk mereka. Itu jauh lebih membantu dibanding sekadar melihat siapa yang ranking satu,” katanya.
Menutup pandangannya, Schmidt menyebut sistem peringkat yang ada sekarang sebagai sistem satu dimensi yang benar-benar tidak memadai.
Editor: Redaksi TVRINews