
Foto : Ap News
Penulis: Fityan
TVRINews – Sidoarjo
40 Jenazah Teridentifikasi, Proses DNA Bagian Tubuh Terpisah Dikirim ke Jakarta
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur menghadapi tantangan besar dalam upaya pencocokan data korban tragedi ambruknya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo.
Hingga Rabu malam (8/10), proses identifikasi masih menyisakan teka-teki, dengan 27 kantong jenazah belum berhasil diidentifikasi, sementara 40 jenazah lainnya telah dikenali oleh tim forensik.
Total korban insiden tragis ini diperkirakan mencapai 171 orang, terdiri dari 67 kantong jenazah dan 104 santri yang berhasil selamat dari reruntuhan.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Kabiddokkes) Polda Jatim, Kombes Khusnan Marzuki, menjelaskan bahwa proses identifikasi berjalan intensif di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya.
“Hari ini tim berhasil mengidentifikasi enam jenazah. Dengan demikian total 40 jenazah telah match dengan data ante mortem keluarga korban,” kata Kombes Khusnan, Kamis (9/10).
Fokus pada Santri dan Tantangan Identifikasi
Data sementara menunjukkan bahwa hampir seluruh korban teridentifikasi adalah santri berusia anak dan remaja. “Sebagian besar korban adalah santri yang saat kejadian tengah berada di musala untuk kegiatan mengaji,” tandas Khusnan.
Namun, kepastian jumlah total korban meninggal belum dapat dikonfirmasi. Hal ini disebabkan tidak semua kantong jenazah berisi tubuh utuh. Terdapat delapan kantong berisi bagian tubuh terpisah, yang membuat proses identifikasi memerlukan langkah lebih lanjut, termasuk pencocokan DNA.
“Saat ini proses operasi DVI masih berjalan dengan melakukan pendalaman data ante mortem dan post mortem. Semua sampel DNA sudah dikirim ke laboratorium di Jakarta untuk pemeriksaan lebih lanjut,” ujar Khusnan.
Dari 67 kantong jenazah yang diterima Tim DVI, 62 ditangani di RS Bhayangkara Surabaya, sementara sisanya ditangani di RSI Siti Hajar dan RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo.
Daftar Korban Teridentifikasi Terus Bertambah
Sebanyak 40 jenazah yang telah teridentifikasi hingga hari ini mayoritas berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur dan sekitarnya, meliputi santri-santri dari Bangkalan, Surabaya, Sampang, Gresik, dan Lamongan.
Editor: Redaksi TVRINews