
Kepala BMKG Prof. Dwikorita Karnawati
Penulis: Lidya Thalia.S
TVRINews, Jakarta
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia secara resmi meluncurkan Sistem Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami di Instituto de Geociências de Timor-Leste (IGTL), Dili.
Inisiatif ini menjadi bagian dari dukungan Indonesia dalam memperkuat kapasitas mitigasi bencana di kawasan Asia Tenggara serta memperluas jangkauan layanan peringatan dini berbasis sains di tingkat regional.
Peluncuran sistem tersebut dilakukan dalam kegiatan bertajuk “Strengthening Resilience through Geosciences: Launch of the Development of Earthquake Information and Tsunami Early Warning System”, yang dihadiri oleh Presiden IGTL Job Brites Dos Santos, Sekretaris Negara Bidang Perlindungan Sipil Domingos Mariano Reis, serta sejumlah pejabat dan akademisi setempat.
Kepala BMKG Prof. Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa kerja sama antara BMKG dan IGTL merupakan bentuk nyata kolaborasi lintas negara dalam memperkuat kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana alam.
“Kerja sama ini bukan hanya simbol persahabatan, tetapi juga komitmen nyata untuk melindungi masyarakat dari ancaman gempabumi dan tsunami,”kata Dwikorita dalam keterangan yang diterima tvrinews, Kamis, 9 Oktober 2025.
Ia menjelaskan bahwa secara geologi, wilayah Timor Leste memiliki struktur sesar naik (thrust fault) yang rentan terhadap aktivitas seismik pemicu gempabumi dan tsunami.
Negara tersebut pernah diguncang gempa berkekuatan Magnitudo 6,9 pada tahun 1995 yang memicu tsunami dan menimbulkan korban jiwa serta kerusakan parah di Dili dan Maliana.
“Kita belajar dari pengalaman pahit Aceh 2004 dan Palu 2018. Sebaik apa pun sistem peringatan dini di hulu, semuanya akan sia-sia jika masyarakat di hilir tidak siap bertindak,”lanjutnya.
Kolaborasi BMKG dan IGTL ini diperkuat melalui Nota Kesepahaman dan Perjanjian Implementasi 2024, yang mencakup kerja sama di bidang geofisika, pengembangan sumber daya manusia, serta pertukaran teknologi.
Melalui kemitraan tersebut, BMKG berkomitmen membantu IGTL membangun kapasitas operasional mandiri dalam pemantauan gempabumi dan tsunami.
“BMKG siap mendukung IGTL agar memiliki kedaulatan penuh atas data dan informasi kebencanaan, sehingga mampu merespons ancaman dengan cepat dan tepat demi keselamatan warganya,”jelasnya.
Direktur Bidang Gempabumi dan Tsunami BMKG Dr. Daryono menambahkan, sistem yang dikembangkan di IGTL mengadopsi teknologi dan mekanisme Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS).
Sistem ini selama ini menjadi model peringatan dini regional dan telah berperan sebagai Tsunami Service Provider (TSP) bagi 28 negara pesisir Samudra Hindia serta pusat informasi gempabumi untuk 10 negara ASEAN.
Presiden IGTL Job Brites dos Santos mengapresiasi dukungan dan transfer teknologi dari Indonesia.
“Sistem ini mencerminkan keberhasilan model diseminasi yang telah diterapkan di Indonesia. Ini merupakan tonggak penting bagi keselamatan publik Timor Leste,” ujarnya.
Dalam jangka panjang, kemitraan kedua negara ini diarahkan untuk mendukung program global “Early Warning for All & Early Action by All” yang diinisiasi PBB, dengan target seluruh masyarakat di kawasan rawan tsunami telah siap dan tangguh pada tahun 2030.
Program ini meliputi pertukaran tenaga ahli, pelatihan teknis, penguatan sistem diseminasi informasi, serta penyusunan peta bahaya dan jalur evakuasi tsunami.
“Seluruh upaya ini bermuara pada satu tujuan: keselamatan masyarakat, nol korban, dan kesejahteraan yang berkelanjutan,” tutup Dwikorita.
Editor: Redaktur TVRINews