
dok. Postingan Akun Instagram @bambang.soesatyo
Penulis: Lidya Thalia.S
TVRINews, Jakarta
Anggota Komisi III DPR RI, Bambang Soesatyo (Bamsoet), bertemu dengan Sri Sultan Hamengkubuwono X di Kraton Yogyakarta selama hampir empat jam. Pertemuan itu membahas berbagai isu kebangsaan di tengah perubahan geopolitik dan geoekonomi global yang semakin dinamis.
Sri Sultan menekankan pentingnya menghidupkan kembali nilai-nilai kebangsaan sebagai fondasi menghadapi tantangan zaman. Ia menyoroti tiga hal utama yang harus dijaga, yaitu persatuan dan kesatuan bangsa, penghargaan terhadap keberagaman, serta pembangunan yang berlandaskan nilai kemanusiaan.
“Bangsa kita bisa besar bukan karena seragam, tetapi karena mampu menjadikan perbedaan sebagai kekuatan,” kata Sultan dalam keterangan yang dikutip, Minggu, 21 September 2025.
Ia mengingatkan, tanpa pengelolaan keberagaman dan nilai kemanusiaan, Indonesia berisiko kehilangan arah pembangunan.
Bamsoet menambahkan, polarisasi politik yang makin tajam terutama di era media sosial menjadi tantangan serius. Hasil riset pasca Pemilu 2024 menunjukkan politik identitas masih kuat di berbagai daerah, berpotensi menimbulkan fragmentasi sosial.
Bamsoet menilai, semangat Bhinneka Tunggal Ika harus terus dihidupkan. Ia merujuk data Pew Research Center yang menunjukkan adanya perbedaan pandangan antar kelompok agama mengenai identitas kebangsaan, serta laporan Setara Institute yang mencatat masih ada daerah stagnan dalam toleransi.
“Kita sering terjebak dalam retorika toleransi, padahal diskriminasi masih terjadi. Kalau keberagaman tidak dijaga dengan adil, potensi konflik horizontal selalu ada,”ungkapnya.
Bamsoet juga mendorong agar program Pendidikan Pancasila di sekolah diimplementasikan secara nyata, bukan sekadar hafalan. Anak-anak, menurutnya, perlu dilibatkan dalam kegiatan lintas budaya, kerja sosial, hingga pertukaran pelajar di dalam negeri agar merasakan langsung nilai persatuan.
Selain itu, Bamsoet menyoroti tantangan krisis iklim yang mengancam generasi muda Indonesia. Ia mengapresiasi keterlibatan pemuda dalam gerakan lingkungan, mulai dari aksi iklim, reforestasi, hingga energi terbarukan.
“Kalau pembangunan terus mengorbankan lingkungan, itu sama saja meninggalkan bom waktu bagi generasi berikutnya,” pungkasnya.
Editor: Redaktur TVRINews