
dok. TVRINews/ Krisafika Taraisya
Penulis: Krisafika Taraisya Subagio
TVRINews, Jakarta
Maraknya hoaks dan disinformasi di media sosial menunjukkan masih rendahnya literasi masyarakat Indonesia. Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Himmatul Aliyah, menyoroti bahwa tidak hanya literasi kritis yang minim, tetapi juga literasi dasar seperti membaca masih menjadi masalah besar di Indonesia.
Lebih lanjut, Himmatul menyebutkan rendahnya literasi membuat masyarakat mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak akurat.
“Banyak orang menelan informasi mentah-mentah tanpa berpikir kritis. Padahal, kemampuan untuk menganalisis dan memverifikasi informasi sangat penting, terutama di era digital seperti sekarang,” kata Himmatul di Gedung Dewan Pers, Jakarta Pusat, pada Jumat, 21 Maret 2025.
Berdasarkan hasil berbagai survei menunjukkan bahwa tingkat literasi di Indonesia masih tertinggal dibanding negara lain. Adapun salah satu penyebabnya yaitu kurangnya kebiasaan membaca serta lemahnya sistem pendidikan dalam membangun daya kritis siswa.
“Gerakan literasi kita seharusnya lebih masif dan berkelanjutan. Sayangnya, program-program literasi selama ini berjalan sendiri-sendiri tanpa koordinasi yang kuat. Ini menjadi tantangan besar yang harus segera diatasi,” ucapnya.
Sedangkan di era digital, informasi tersebar dengan cepat, sehingga masyarakat perlu dibekali dengan kemampuan memilah dan memahami berita secara objektif. Jika tidak, maka penyebaran hoaks akan terus meningkat, terutama dalam isu-isu politik dan sosial yang sensitif.
Maka demikian, pemerintah diminta untuk memperkuat sinergi antar-kementerian dalam program literasi dan meningkatkan kualitas pendidikan agar masyarakat memiliki daya analisis yang lebih baik.
“Kita tidak bisa lagi hanya mengandalkan gerakan seremonial. Harus ada strategi jangka panjang yang benar-benar efektif,” tutup Himmatul.
Editor: Redaktur TVRINews