Penulis: Fityan
TVRINews - Sidoarjo
Mengenal Sejarah Al Khoziny, Pusat Pendidikan Ulama di Jawa Timur yang Didirikan oleh KH Raden Khozin Khoiruddin.
Sebuah insiden tragis terjadi di salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Jawa Timur, Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny. Sebuah bangunan musala di asrama putra yang sedang dalam tahap pembangunan tiba-tiba ambruk pada Senin (29/9), menimpa sejumlah santri.
Peristiwa ini segera memicu respons darurat. Tim penyelamat dikerahkan ke lokasi, bersama dengan 15 ambulans untuk mengevakuasi korban.
Proses penyelamatan dan penanganan korban masih berlangsung hingga saat ini, dengan fokus pada upaya pencarian santri yang mungkin masih tertimbun reruntuhan.
Pusat Pembinaan Ulama
Pondok Pesantren Al Khoziny, yang terletak di Desa Buduran, Sidoarjo, dikenal sebagai pesantren yang telah lama menjadi pusat pembinaan ulama.
Pesantren ini telah melahirkan banyak tokoh penting dalam sejarah agama di Indonesia. Tradisi pengajaran yang konsisten, mulai dari pemahaman kitab kuning hingga bimbingan langsung dari para kiai, telah membentuk para santri menjadi pribadi yang menguasai ilmu sekaligus meneladani nilai-nilai spiritual.
Dilansir dari laman Nahdlatul Ulama (NU), nama pesantren ini diambil dari pendirinya, KH Raden Khozin Khoiruddin. Awalnya, pondok ini didirikan sebagai tempat tinggal putranya, KH Moch Abbas, yang baru kembali setelah menuntut ilmu di Mekkah selama sekitar sepuluh tahun.
KH Moch Abbas meneruskan amanat ayahnya, termasuk mengajarkan tafsir Jalalain dan kitab kuning lainnya, hingga Ponpes Buduran dikenal luas sebagai pusat pendidikan salaf. Meski beberapa catatan menyebut pondok berdiri pada 1927, pengasuh saat ini, KH Salam Mujib, memperkirakan pondok sudah ada sejak 1915–1920 .
Sejumlah nama besar tercatat pernah menimba ilmu di Ponpes Al Khoziny. Di antaranya adalah KH Hasyim Asy’ari, pendiri Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang yang juga merupakan salah satu pendiri NU. Selain itu, ada KH Abd Wahab Hasbullah, tokoh ulama dari Tambakberas, Jombang, yang dikenal sebagai salah satu perintis kebebasan berpikir dalam tradisi pesantren.
Tokoh penting lain yang pernah mengenyam pendidikan di pesantren ini termasuk KH Umar dari Jember, KH Nawawi pendiri Pesantren Ma’had Arriyadl, Kediri, serta KH Usman Al Ishaqi dari Alfitrah Kedinding, Surabaya. Keberadaan nama-nama ini menunjukkan betapa besar kontribusi Ponpes Al Khoziny dalam mencetak para ulama yang kemudian menyebarkan ajaran Islam ke berbagai penjuru negeri.
Tradisi pendidikan di Ponpes Al Khoziny yang konsisten dan berakar kuat pada pemahaman kitab kuning serta bimbingan langsung dari para kiai, menjadi landasan bagi para santri untuk tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga meneladani nilai-nilai spiritual.
Tragedi ini menjadi sorotan publik dan berbagai media, menambah duka mendalam bagi komunitas pesantren dan masyarakat Sidoarjo. Pihak berwenang masih terus berupaya memastikan semua korban dievakuasi dan mendapatkan penanganan medis yang layak. Investigasi lebih lanjut akan dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti dari ambruknya bangunan tersebut.
Editor: Redaksi TVRINews