
Foto: Dok. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Penulis: Krisafika Taraisya Subagio
TVRINews, Jakarta
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menegaskan bahwa perekonomian Indonesia tetap berada dalam kondisi solid meski dunia tengah menghadapi gejolak ekonomi sepanjang 2025, termasuk dampak resiprokal tarif global.
Menurutnya, rangkaian kebijakan responsif dan koordinatif yang dijalankan Pemerintah mampu menjaga stabilitas ekonomi nasional.
"Belanja masyarakat sudah tinggi dan IHSG juga hijau. Tahun ini ada 24 perusahaan IPO dengan dana yang dikumpulkan Rp15,2 triliun, dan ada 13 perusahaan lagi di pipeline, 7 di antaranya perusahaan besar. Ini menunjukkan optimisme pasar dan ada peluang spillover ke Januari," ujar Airlangga, dikutip dari laman Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jumat, 12 Desember 2025.
Indikator Ekonomi Menanjak
Airlangga memaparkan sejumlah indikator yang menunjukkan penguatan ekonomi domestik. Keyakinan konsumen meningkat dari 121,4 pada Oktober menjadi 124 pada November.
Indeks Penjualan Riil diperkirakan tumbuh 5,9 persen (yoy) pada November, sementara PMI manufaktur naik ke 53,3 atau tertinggi sejak Februari. Inflasi tetap terkendali di angka 2,72 persen (yoy) dan pertumbuhan kredit mencapai 7,36 persen (yoy).
Menurut Airlangga, berbagai sinyal positif ini menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh di tengah dinamika global yang tidak menentu.
Optimisme 2026 dan Diplomasi Ekonomi
Lebih lanjut, Airlangga menegaskan bahwa Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi 2026 dapat mencapai target 5,4 persen. Ia menyebut upside risk lebih dominan daripada downside risk sehingga peluang akselerasi ekonomi semakin besar.
Dalam bidang hubungan internasional, Airlangga memastikan berbagai agenda perdagangan strategis terus dimatangkan. Ia mengungkapkan perkembangan terbaru negosiasi tarif dengan Amerika Serikat setelah berkomunikasi langsung dengan Ambassador USTR Jamieson Greer.
"Keduanya sepakat untuk menyelesaikan kesepakatan dalam Leaders Declaration pada 22 Juli 2025. Delegasi Indonesia juga segera menuju Washington D.C untuk finalisasi sebelum akhir tahun, sesuai arahan Presiden Prabowo," jelasnya.
Kemudian, Airlangga juga menyoroti kemajuan signifikan perundingan IEU-CEPA yang ditargetkan efektif pada 2027, serta perkembangan proses aksesi OECD yang semakin kuat dengan dukungan sejumlah negara.
Stimulus Akhir Tahun untuk Dorong Belanja Masyarakat
Dalam paparannya, Airlangga membeberkan serangkaian program stimulus konsumsi yang disiapkan Pemerintah untuk menjaga momentum ekonomi pada penghujung 2025 dan memasuki awal 2026. Di antaranya:
- * Diskon transportasi 22 Desember 2025 – 10 Januari 2026
- * Program belanja nasional lEPIC Sale dengan target Rp56 triliun
- * Harbolnas dengan target Rp34 triliun
- * Program BINA dengan target Rp30 triliun
"Langkah-langkah ini diharapkan memperkuat belanja masyarakat sehingga konsumsi tetap terjaga," ungkapnya.
Editor: Redaktur TVRINews
