
Junaedi (28)
Penulis: Alfin
TVRINews, Bogor
Pandemi Covid-19 membuat Junaedi (28) harus berhenti bekerja sebagai koki di sebuah restoran di Sentul, Kabupaten Bogor. Restoran yang sepi pengunjung akhirnya menutup usaha, membuat Junaedi menganggur setelah tiga tahun bekerja.
Delapan bulan lalu, Junaedi mendapat tawaran menjadi koki di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bojong Koneng, Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Tawaran ini diterimanya dengan penuh semangat, karena dapurnya harus kembali mengepul demi kebutuhan gizi anak semata wayangnya.
"Saya senang mendapat kesempatan bekerja di sini. Apalagi tujuannya mendistribusikan (makanan bergizi) untuk anak-anak sekolah," ujarnya saat ditemui di Bogor pekan ini.
Junaedi merasa pekerjaan ini bukan sekadar memasak, melainkan sebuah pengabdian. Ia berkomitmen menjaga kualitas masakan karena yang mengonsumsi adalah anak-anak sekolah, seumuran dengan anaknya sendiri.
"Saya merasa bangga dengan tugas saya," kata Junaedi dalam keterangan yang diterima Jumat, 3 Oktober 2025.
Ia juga merasa tenang karena program MBG memastikan anaknya mendapat asupan gizi cukup di sekolah, meski kadang terlambat sarapan di rumah.
"Program MBG ini sangat membantu, terutama bagi orang yang benar-benar kurang mampu. Apalagi untuk anak yang tak sempat sarapan di rumah," ujar Junaedi.
Salah satu hal yang membuatnya bersemangat adalah kesempatan mengeksplorasi menu bersama delapan koki lainnya di SPPG. Mereka kerap berdiskusi untuk menghadirkan variasi menu baru.
"Tak ada kendala untuk menjadi menu-menu baru. Malah kita suka mengeksplorasi menu," tambahnya.
Junaedi berharap program MBG dapat diteruskan dan menjadi program berkelanjutan bagi presiden-presiden berikutnya.
Tak hanya Junaedi yang merasakan manfaat program ini. Rukmini (29), pegawai bagian pengemasan di SPPG Bojong Koneng, juga bersyukur mendapat pekerjaan. Sebelumnya, ia menganggur dan menghabiskan waktu seharian di rumah.
"Tadinya seharian di rumah tidur, sekarang ada kerjaan. Terus anak-anak juga dapat manfaat makan bergizi," katanya.
Meski harus berangkat sangat pagi pukul 02:30 WIB untuk menyiapkan ribuan porsi makanan, Rukmini tetap bersemangat bekerja selama delapan jam hingga pukul 11:00 WIB.
Selain mendapat upah, program MBG juga membantu Rukmini menghemat pengeluaran harian. Anak-anaknya pun mendapat makanan gratis di sekolah.
"Jadi, jangan sampai program ini dihentikan. Banyak warga sini yang terbantu dengan program MBG," ujarnya.
Editor: Redaktur TVRINews