
dok. Kemensos
Penulis: Lidya Thalia.S
TVRINews, Padang
Hujan deras masih mengguyur Kota Padang. Di sejumlah titik, genangan air belum sepenuhnya surut, sementara di kawasan lain warga mulai membersihkan sisa lumpur pascabanjir. Kondisi serupa juga terlihat di Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 4 Kota Padang yang berlokasi di kawasan Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Padang.
Di tengah situasi tersebut, hadir sosok Taruna Tanggap Bencana (Tagana) Jeli Hendri yang menjalani peran ganda. Tak hanya sebagai relawan kebencanaan di lapangan, Jeli juga menjadi figur ayah sekaligus pendidik bagi para siswa SRMP 4 Kota Padang.
Keterlibatan Jeli di Sekolah Rakyat bermula saat ia mengetahui adanya penyelenggaraan program pendidikan tersebut di beberapa titik di Sumatera Barat. Konsep Sekolah Rakyat yang membuka ruang partisipasi pilar-pilar sosial, tidak semata mengandalkan guru formal, mendorongnya untuk ikut terlibat.
Tanpa menunggu surat tugas resmi, Jeli mendatangi SRMP 4 Padang dan menawarkan diri untuk membantu. Baginya, pengabdian tidak dibatasi oleh jabatan atau peran tertentu. Ia hadir di ruang kelas sebagaimana ia hadir di lokasi bencana.
Peran awal Jeli di sekolah antara lain membantu pembinaan Peraturan Baris Berbaris (PBB) hingga mendampingi pelaksanaan upacara bendera perdana. Dari kegiatan tersebut, kedekatan dengan para siswa perlahan terbangun.
Sejak 2006, Jeli tercatat sebagai Tagana angkatan pertama di Sumatera Barat. Di sisi lain, ia juga berpengalaman sebagai guru Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) di Kota Padang. Latar belakang itulah yang kemudian mengantarkannya dipercaya menjadi pembina keagamaan di SRMP 4 Padang.
Dalam perannya tersebut, Jeli memulai dengan memetakan kemampuan baca Al-Qur’an siswa. Dari total 146 peserta didik, terdapat tiga siswa nonmuslim, sementara siswa muslim dikelompokkan ke dalam enam tingkat kemampuan. Perhatiannya tertuju pada kelompok keenam, yakni 22 siswa yang belum mampu membaca Al-Qur’an sama sekali.
“Kelompok inilah yang paling menyentuh hati saya,” kata Jeli dalam keterangan tertulis, Minggu, 28 Desember 2025.
Ia menyadari kegelisahan para siswa yang telah beranjak remaja namun belum memiliki kemampuan dasar membaca Al-Qur’an. Melalui metode Iqro, Jeli secara perlahan membimbing mereka. Perkembangan mulai terlihat meski membutuhkan kesabaran dan waktu yang tidak singkat.
Menurut Jeli, pengalaman mendidik di Sekolah Rakyat tidak jauh berbeda dengan tugasnya dalam dunia kebencanaan. Selain terjun langsung ke lokasi bencana, ia juga tergabung dalam tim inti Layanan Dukungan Psikososial (LDP) yang kerap mendapat penugasan dari Kementerian Sosial RI.
“Mendidik anak-anak ini seperti mendampingi penyintas bencana. Mereka berada di fase yang rawan dan penuh gejolak. Di situlah peran pendamping sangat dibutuhkan,”jelasnya.
Menjalani peran ganda sebagai pendidik dan Tagana tentu bukan tanpa tantangan. Di sekolah, Jeli juga bertugas sebagai satuan pengamanan dengan sistem giliran. Saat bertugas malam, keesokan harinya ia tetap menjalankan peran pendidikan.
Sebaliknya, jika siang hari padat dengan kegiatan sekolah, malam hari ia siap kembali ke lapangan bila dibutuhkan.
Koordinasi dengan wali asuh dilakukan agar pembinaan keagamaan tetap berjalan.
Di luar kegiatan belajar, Jeli juga aktif membina kegiatan Pramuka yang menjadi aktivitas wajib siswa SRMP 4 Padang.
Bahkan sebelum menerima penugasan resmi, ia telah mendampingi anak-anak dalam kegiatan tersebut. Nilai disiplin, kesiapsiagaan, dan tanggung jawab yang selama ini ia pegang sebagai Tagana, ditanamkannya secara konsisten kepada para siswa.
Di tengah hujan yang masih turun dan lingkungan sekolah yang baru berangsur pulih dari banjir, Jeli Hendri berdiri di antara dua medan pengabdian. Dari garis depan penanganan bencana hingga ruang kelas Sekolah Rakyat, ia membuktikan bahwa kesiapsiagaan bukan hanya soal merespons keadaan darurat, tetapi juga tentang merawat harapan dan membentuk masa depan anak-anak di wilayah rawan risiko.
Editor: Redaksi TVRINews
