Penulis: Lidya Thalia.S
TVRINews, Jakarta
Suasana Pelabuhan Tanjung Priok H-1 menjelang Hari Raya Idul Fitri 2025 terlihat berbeda dari tahun sebelumnya.
Salah satu porter Pelabuhan Tanjung Priok Nasan, yang telah bekerja di pelabuhan ini sejak tahun 1999 menyatakan, jumlah pemudik tahun ini mengalami penurunan yang signifikan.
"Alhamdulillah, kalau dibandingkan dengan tahun lalu ya agak beda lah. Ini agak sepian sekarang mah," kata Nasan saat diwawancarai tvrinews.com di Parkiran Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Koja, Jakarta Utara, Minggu, 30 Maret 2025.
Menurut Nasan, penurunan jumlah pemudik ini berdampak langsung pada pendapatan para porter. Ia juga menjelaskan bahwa penghasilan mereka sangat bergantung pada jumlah penumpang dan barang yang diangkut.
"Kalau penghasilan di sini enggak bisa digantungin. Namanya kita enggak ada gaji, cuma nyari rezeki," jelasnya.
Tarif jasa porter bervariasi tergantung pada jumlah dan jenis barang yang dibawa penumpang. Nasan dan rekannya biasanya membagi hasil kerja, terutama jika barang yang diangkut cukup banyak.
Hal ini juga ada perbedaan antara hari biasa dan musim Lebaran. Namun, ia tidak menaikkan harga secara sepihak.
"Kalau banyak ya lumayan. Itu pun, kadang-kadang penghasilan pekerjaan enggak sendiri. Kadang berempat, bertiga, kebagi juga,"ucapnya.
“Enggak bisa naikkan harga sih. Cuman negosiasi aja. Harus berbicara dulu sebelum bekerja,"tambahnya.
Meskipun telah berpengalaman, Nasan mengakui bahwa faktor usia mempengaruhi kondisi fisiknya dalam bekerja.
"Makin tua ya agak loyo lah tenaganya," ujarnya.
Ia berharap kondisi pelabuhan akan kembali ramai seperti tahun-tahun sebelumnya, sehingga penghasilannya dapat meningkat.
"Ada pengharapannya dengan perubahan seperti waktu dulu. Yang mengharapannya terlalu besar sih. Kalau positifnya penumpangnya rame ya lumayan," harapnya.
Dengan demikian, tarif jasa porter ditentukan melalui negosiasi antara porter dan penumpang, tergantung pada jumlah dan jenis barang yang dibawa.
Editor: Redaktur TVRINews
