
Sekolah Rakyat: Gratis, Tapi Setara Sekolah Unggulan
Penulis: Fityan
TVRINews – Jakarta
Tanpa tes IQ, tanpa seleksi akademik, tapi mengusung sistem asrama, kurikulum berbasis talenta, dan pembiayaan penuh dari negara. Sekolah ini hanya untuk anak dari keluarga miskin ekstrem.
Sekolah Rakyat kini hadir sebagai jawaban atas ketimpangan akses pendidikan bagi keluarga miskin . Meski tanpa biaya dan tanpa syarat tes akademik, kualitas serta fasilitas pendidikan yang ditawarkan setara dengan sekolah-sekolah unggulan.
Penegasan ini disampaikan langsung oleh Menteri Sosial Saifullah Yusuf, yang menyatakan bahwa Sekolah Rakyat bukan sekadar alternatif pendidikan, tetapi institusi unggulan yang dirancang khusus untuk anak-anak dari latar belakang paling rentan.
“Presiden ingin memuliakan orang miskin. Mereka harus punya akses ke pendidikan bermutu. Di Sekolah Rakyat, yang penting anak itu dari keluarga miskin ekstrem dan mau sekolah. Tidak ada seleksi akademik, tidak perlu tes IQ,” ujar Saifullah Yusuf, yang akrab disapa Gus Ipul, dalam audiensi bersama para pemangku kepentingan di Jakarta.
Konsep Sekolah Rakyat berbeda dari sekolah pada umumnya. Mengusung sistem asrama, pendekatannya menitikberatkan pada potensi dan talenta siswa, bukan pada standar akademik konvensional. “Sapi jangan disuruh terbang. Anak kita harus dibimbing sesuai bakatnya. Ini bukan kurikulum kaku, tapi pakai talent mapping,” tambah Gus Ipul.
Tak hanya soal pendidikan, aspek kesehatan juga menjadi perhatian utama. Anak-anak yang hendak masuk sekolah wajib menjalani pemeriksaan kesehatan menyeluruh. “Kalau ada yang TBC, kita obati dulu sampai sembuh. Tapi tidak kita tolak. Semua biaya ditanggung negara,” jelasnya.
Tahap awal pembangunan Sekolah Rakyat akan dimulai Juli 2025 di 63 titik seluruh Indonesia, tersebar dari Jawa hingga Papua. Jumlah ini akan terus ditambah hingga mencapai 240 titik, dengan target jangka panjang: satu Sekolah Rakyat di setiap kabupaten/kota.
Model pembelajaran pun fleksibel, menyesuaikan realitas sosial dan ekonomi siswa. “Sistemnya multi entry-multi exit. Selesai satu modul, bisa kerja dulu lalu lanjut sekolah lagi. Tidak harus selesai tiga tahun. Yang penting, lulus dengan bekal keterampilan hidup,” jelas Gus Ipul.
Ia menegaskan, Sekolah Rakyat adalah bentuk nyata keberpihakan negara. Tidak sekadar memberi kesempatan, tapi juga membekali anak-anak miskin dengan kemampuan untuk bangkit dan berkembang. Bahkan, orangtua siswa juga akan difasilitasi lewat program pemberdayaan ekonomi.
“Yang kaya bisa sekolah di mana saja. Tapi yang miskin harus dibela. Mereka punya hak yang sama untuk sukses,” tegasnya.
Baca Juga: Kemenag Gelar Pemantauan Hilal 27 Mei untuk Tentukan Awal Zulhijah 1446 H
Editor: Redaktur TVRINews
