
Foto: Nelayan sekaligus korban bernama Sahrul, warga Dusun V, Desa Perlis, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Penulis: Redaksi TVRINews
TVRINews, Langkat
Jaring ikan milik nelayan Desa Perlis, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, diduga sengaja ditabrak oleh kapal berplat merah milik Pertamina EP Pangkalan Susu di tengah laut perairan Kabupaten Langkat.
Akibat kejadian ini, para nelayan Desa Perlis tidak melaut selama lebih dari satu bulan karena jaring yang biasa digunakan untuk menangkap ikan mengalami kerusakan parah.
Salah satu nelayan, Sahrul mengatakan sebelum insiden terjadi, sudah memberikan tanda dengan menyalakan lampu senter ke arah kapal. Namun, awak kapal diduga mengabaikan tanda tersebut dan tetap melanjutkan perjalanan.
"Pada waktu itu sekitar pukul 04.00 WIB ada kapal lewat, sudah saya senteri untuk memberi tanda gak perduli mereka jalan aja, sehingga menabrak jaring ikan kami," ujar Sahrul.
Setelah insiden penabrakan, lanjut, Sahrul, para nelayan yang siaga di tengah laut langsung berusaha menyelamatkan jaring dengan menariknya. Sayangnya, jaring sudah tidak dapat digunakan lagi karena koyak akibat ditabrak kapal tanker LPG milik Pertamina EP Pangkalan Susu.
"Usai menebrak jaring kami, kami pun sibuk menarik jaring. Sempat memang kami berdebat dengan orang-orang yang di atas kapal itu, gak tau kami apakah itu kapten kapalnya atau tidak. Yang nabrak jaring kami kapal LPG milik Pertamina.," kata Sahrul.
Meski sempat berusaha menghentikan kapal, namun pihak kapal Pertamina menyarankan untuk menghubungi Syahbandar sebagai pihak pengawasan kepatuhan perundang-undangan di pelabuhan.
Para nelayan, didampingi Kepala Desa Perlis, berencana mendatangi Kantor Syahbandar di Kecamatan Pangkalan Susu untuk mempertanyakan nasib mereka yang sudah lebih dari satu bulan kehilangan mata pencaharian.
"Kami datang pada sore harinya ke tempat kapal itu bersandar. Namun kata sequrity, syahbandar tidak masuk," kata Sahrul.
Kerusakan ini menyebabkan nelayan Desa Perlis tidak bisa mencari nafkah dan mengalami kerugian hingga jutaan rupiah.
"Jaring kami rusak. Total kerugian mencapai Rp 3-6 juta," ujarnya.
Editor: Redaktur TVRINews