
Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Tommy Andana. (Foto: Kemendag)
Penulis: Ridho Dwi Putranto
TVRINews, Jakarta
Kementerian Perdagangan (Kemendag) bersama Universitas Gadjah Mada (UGM) mendorong lahirnya talenta muda yang kompeten di bidang perdagangan luar negeri, khususnya pengamanan perdagangan (trade remedies).
Sinergi tersebut diwujudkan melalui lokakarya bertajuk One-Day Workshop on Trade Remedies: Preparing Indonesia’s Next Trade Defense Practitioners yang digelar di University Club UGM, Yogyakarta.
Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Tommy Andana, menyampaikan bahwa lokakarya menjadi sarana edukasi sekaligus penjaringan minat mahasiswa terhadap profesi praktisi pengamanan perdagangan.
*Kampus Jadi Ruang Strategis Cetak Praktisi Perdagangan*
Menurut Tommy, meningkatnya penggunaan instrumen trade remedies oleh berbagai negara menimbulkan tantangan baru bagi perdagangan Indonesia. Kondisi tersebut menuntut ketersediaan praktisi pengamanan perdagangan yang andal dan berdaya saing.
Ia menekankan, Indonesia membutuhkan generasi praktisi yang tidak hanya memahami angka dan tren perdagangan, tetapi juga menguasai model ekonomi, hukum, serta prosedur World Trade Organization (WTO), sekaligus memahami kondisi industri di lapangan.
“Kampus merupakan tempat yang tepat untuk mencetak praktisi pengamanan perdagangan yang mampu melindungi kepentingan nasional,” ujar Tommy, dikutip Minggu, 14 Desember 2025.
*Trade Remedies Butuh Kolaborasi Lintas Disiplin*
Direktur Pengamanan Perdagangan Kemendag, Reza Pahlevi Chairul, menjelaskan bahwa trade remedies merupakan instrumen yang kerap digunakan oleh negara anggota WTO. Oleh karena itu, penanganannya memerlukan kolaborasi lintas keilmuan.
Menurut Reza, pembelaan dalam kasus trade remedies tidak hanya bergantung pada praktisi hukum perdagangan internasional, tetapi juga membutuhkan kontribusi bidang lain seperti analisis data, akuntansi forensik, dan ekonomi industri.
“Kolaborasi lintas disiplin sangat penting dalam menyusun submisi pembelaan yang mencakup data, kebijakan, metodologi, hingga argumentasi hukum yang komprehensif,” jelas Reza.
Ia berharap lokakarya ini dapat memperluas wawasan mahasiswa dan pelaku usaha terkait langkah pemerintah dalam menangani kasus trade remedies serta meningkatkan pemahaman dalam merumuskan strategi pembelaan.
*UGM Nilai Sinergi Perkuat Kapasitas Akademik*
Dekan FISIPOL UGM sekaligus Caretaker Pusat Studi Perdagangan Dunia (PSPD) UGM, Wawan Mas’udi, menilai sinergi antara Kemendag dan UGM sebagai langkah strategis dalam memperkuat kapasitas akademik di bidang perdagangan internasional.
Ia berharap kerja sama tersebut dapat memberikan manfaat jangka panjang dalam mencetak talenta muda yang mampu membela kepentingan Indonesia di tingkat global.
*Peserta Apresiasi Lokakarya*
Salah satu peserta lokakarya, Petra Imanuel, mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional UGM, mengungkapkan bahwa kegiatan ini membuka wawasannya terhadap isu perdagangan internasional, khususnya trade remedies.
Menurutnya, lokakarya tersebut juga menumbuhkan minat untuk mendalami hukum perdagangan internasional.
“Lokakarya ini memberikan pengalaman berharga, terutama dalam memahami penyusunan submisi pembelaan dalam kasus perdagangan internasional,” ujar Petra.
Editor: Redaktur TVRINews
