
Foto: dok. Kementerian Perindustrian
Penulis: Ridho Dwi Putranto
TVRINews, Jakarta
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu pengembangan ekosistem industri halal nasional melalui perluasan pasar ekspor. Salah satu langkah strategis yang ditempuh yaitu menjalin kerja sama internasional, termasuk dengan Tiongkok.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut Indonesia saat ini menduduki peringkat ketiga ekosistem halal dunia. Dengan populasi muslim terbesar, Indonesia dinilai memiliki potensi signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis industri halal.
“Industri halal kita tidak hanya memiliki pasar domestik besar, tetapi juga peluang ekspor yang luas. Melalui kolaborasi antarnegara, kita ingin memperkuat posisi Indonesia dalam rantai nilai halal global,” ujar Agus dilansir dari laman resmi Kemenperin, Sabtu, 27 September 2025.
Data menunjukkan konsumsi umat muslim global pada enam sektor ekonomi syariah mencapai USD 2,43 triliun pada 2023 dan diperkirakan naik menjadi USD 3,36 triliun pada 2028. Sementara itu, konsumsi rumah tangga di Indonesia pada Semester I 2025 tercatat Rp3.226,1 triliun.
Kinerja industri halal nasional juga menunjukkan tren positif. Hingga Triwulan II 2025, tercatat 140.944 perusahaan industri halal beroperasi di Indonesia dengan 584.552 produk tersertifikasi halal dan 162.111 sertifikat halal.
Indonesia juga menjadi negara dengan nilai investasi terbesar pada sektor industri halal global dengan capaian USD 1,6 miliar dari total USD 5,8 miliar sepanjang 2023–2024.
Dalam rangkaian Halal Indonesia International Industry Expo (Halal Indo) 2025, Kemenperin menandatangani Nota Kesepahaman dengan Food and Drug Corporation Quality and Safety Promotion Association (FDSA) Tiongkok.
Kepala Pusat Industri Halal Kemenperin, Kris Sasono Ngudi Wibowo, menjelaskan kerja sama ini meliputi pengembangan industri halal, investasi, peningkatan kapasitas, kajian bersama, inovasi, serta promosi dan fasilitasi industri halal.
“Kolaborasi ini diharapkan tidak hanya memperkuat sektor makanan dan minuman halal, tetapi juga industri halal lifestyle lainnya. Tujuannya agar produk nasional mampu menembus pasar global, termasuk Tiongkok yang memiliki konsumen muslim signifikan,” kata Kris.
Editor: Redaktur TVRINews