Penulis: Krisafika Taraisya Subagio
TVRINews, Sidoarjo
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno meninjau langsung lokasi runtuhnya musholla Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, pada Kamis, 2 Oktober 2025.
Kedatangannya bertujuan memastikan proses pencarian dan penyelamatan korban berjalan lancar, sekaligus memberikan penguatan moral kepada keluarga yang masih menunggu kabar. Ia menegaskan bahwa pemerintah menjalankan evakuasi dengan penuh tanggung jawab agar para korban dapat ditemukan dalam kondisi terbaik.
"Saya ditugaskan langsung oleh Bapak Presiden untuk memonitor pencarian dan pertolongan korban. Basarnas, BNPB, TNI-Polri, dan pemerintah daerah semua dikerahkan. Prosesnya harus ekstra hati-hati agar korban bisa ditemukan selamat," ujar Pratikno dalam siaran pers yang diterima TVRINews, dikutip Jumat, 3 Oktober 2025.
Dalam kunjungan itu, Menko PMK didampingi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, serta jajaran teknis Basarnas. Mereka turut berdialog dengan keluarga korban yang menunggu di lokasi. Suasana haru dan penuh kecemasan terasa sepanjang pertemuan.
Sebagaimana diketahui, musibah ini terjadi pada Senin (29/9/2025) saat para santri tengah melaksanakan Salat Ashar berjamaah. Atap musholla yang masih dalam tahap pengecoran runtuh dan menimpa ratusan santri di dalamnya.
Hingga Rabu (1/10/2025), Tim SAR gabungan telah mengevakuasi 108 santri. Dari jumlah itu, 103 orang selamat dan dirawat di rumah sakit, sementara lima santri meninggal dunia. Namun, masih ada 59 santri yang belum ditemukan.
Pada Rabu (1/10/2025), pemantauan drone thermal sempat mendeteksi 15 titik diduga korban dengan tujuh tanda kehidupan. Dari jumlah itu, lima santri berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat. Namun, pemantauan berikutnya tidak lagi menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Dengan berat hati, keluarga korban akhirnya menyetujui penggunaan alat berat untuk mempercepat evakuasi.
"Kami berdialog dengan keluarga para santri. Karena tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan, keluarga mengizinkan penggunaan alat berat, meski tetap dengan sangat hati-hati," jelas Pratikno.
"Mohon doanya semoga korban yang belum ditemukan bisa segera dievakuasi. Kita terus berdoa agar keluarga diberikan ketabahan dan keikhlasan menghadapi musibah ini," lanjutnya.
Usai berdialog, Pratikno meninjau langsung proses penggalian di lokasi. Ia menekankan, seluruh tahapan evakuasi dilakukan penuh kehati-hatian, sebagai bentuk penghormatan terhadap korban maupun keluarga yang ditinggalkan.
Editor: Redaksi TVRINews