
.
Penulis: Ricardo Julio
TVRINews, Jakarta
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa BRIN, Thomas Djamaluddin, menjelaskan bahwa fenomena yang diduga meteor jatuh di wilayah Cirebon dan Kuningan, Jawa Barat sekitar pukul 18.30 WIB serta diawali suara dentuman tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh meteor berukuran cukup besar yang memasuki atmosfer bumi dan melintas di atas wilayah Cirebon dan sekitarnya.
“Berdasarkan waktu pengamatan dan data dari BMKG Cirebon yang mendeteksi adanya getaran pada pukul 18.39 WIB dengan azimut 221 derajat, serta laporan suara dentuman di sejumlah lokasi, kami memperkirakan bahwa telah terjadi perlintasan meteor cukup besar yang menimbulkan gelombang kejut di atmosfer bawah,” ujar Thomas dalam keterangannya dikutip pada, Selasa, 7 Oktober 2025.
Rekaman video yang beredar dari warga menunjukkan cahaya terang yang diduga meteor melintas sekitar pukul 18.35 WIB. Beberapa rekaman CCTV di Cirebon dan wilayah perbatasan Brebes-Cirebon juga memperlihatkan objek bercahaya melaju di langit. Selang beberapa menit setelahnya, sensor BMKG mencatat adanya getaran yang dikaitkan dengan fenomena tersebut.
Thomas menjelaskan, peristiwa ini merupakan fenomena bola api (fireball) yang terjadi ketika meteor masuk ke atmosfer bumi dengan kecepatan tinggi dan terbakar karena gesekan udara. Saat mencapai lapisan atmosfer yang lebih padat, tekanan dari meteor menyebabkan gelombang kejut yang terdengar sebagai suara dentuman keras.
“Fenomena ini lazim disebut sebagai meteor bollide atau bola api. Getaran yang tercatat oleh BMKG mengindikasikan bahwa energi ledakan meteor tersebut cukup besar,” tambahnya.
Hingga saat ini, belum ada laporan terkait jatuhnya pecahan meteor di daratan. Berdasarkan arah lintasan, diperkirakan meteor tersebut jatuh di wilayah Laut Jawa.
Thomas juga mengimbau masyarakat untuk tidak mudah mempercayai video atau foto yang beredar di media sosial terkait peristiwa ini. Ia menyarankan agar setiap informasi diverifikasi lebih lanjut karena bisa saja berasal dari kejadian di luar negeri.
“Yang jelas, berdasarkan hasil analisis kami, kejadian ini adalah fenomena nyata meteor alami, bukan bola api yang dapat menimbulkan kebakaran seperti yang beredar di beberapa narasi,” jelasnya.
Menurut Thomas, fenomena meteor seperti ini umumnya tidak membahayakan masyarakat karena sebagian besar meteoroid akan terbakar habis sebelum mencapai permukaan bumi. Namun, ia menegaskan pentingnya penelitian terhadap fenomena semacam ini untuk memahami lebih dalam dinamika benda langit yang melintas dekat dengan bumi.
“Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa bumi terus dihadapkan pada kemungkinan interaksi dengan benda langit yang orbitnya bisa bersinggungan,” ungkapnya.
Ia juga mengimbau masyarakat yang menemukan benda asing yang jatuh dari langit, baik pecahan meteor maupun sampah antariksa, agar tidak menyentuhnya secara langsung dan segera melapor ke pihak berwenang.
“Jika ada temuan di lapangan, kami siap meneliti secara ilmiah. Setiap data akan sangat berguna untuk memperkaya pemahaman tentang jatuhnya benda-benda antariksa,” pungkas Thomas.
Editor: Redaktur TVRINews