
dok. Kemenperin
Penulis: Lidya Thalia.S
TVRINews, Jakarta
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memperkuat pengembangan sumber daya manusia (SDM) di sektor Mold and Dies serta mesin perkakas. Langkah ini menjadi bagian dari strategi nasional untuk menopang pertumbuhan industri manufaktur, sejalan dengan prioritas pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, industri Mold and Dies memiliki peranan strategis dalam rantai pasok berbagai sektor manufaktur seperti otomotif, elektronik, dan barang konsumsi.
“Sektor ini merupakan fondasi penting dalam menghasilkan berbagai komponen industri yang menjadi penopang utama manufaktur nasional,”ujar Menperin Agus dalam keterangan tertulis, Kamis, 23 Oktober 2025.
Berdasarkan data Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) Kemenperin, terdapat sekitar 660 perusahaan Mold and Dies di Indonesia, dengan kapasitas produksi 35.000–40.000 unit per tahun dan menyerap lebih dari 42 ribu tenaga kerja.
Agus menegaskan, peningkatan kualitas SDM menjadi kunci untuk memperkuat produktivitas dan daya saing industri nasional. Saat ini, Kemenperin memiliki 13 perguruan tinggi vokasi, 9 SMK, dan 7 Balai Diklat Industri yang aktif mencetak tenaga kerja kompeten dan berdaya saing global.
“Seluruh lembaga pendidikan ini kami arahkan untuk berkontribusi dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045,” tambahnya.
Sebagai bagian dari penguatan SDM tersebut, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin bekerja sama dengan Association for Overseas Technical Cooperation and Sustainable Partnerships (AOTS) Jepang menyelenggarakan Pelatihan Pengembangan Sistem Pendidikan Mold and Dies bagi guru-guru SMK dari seluruh Indonesia.
Program ini merupakan implementasi dari New Manufacturing Industry Development Center (New MIDEC), hasil kolaborasi Kemenperin dengan Ministry of Economy, Trade, and Industry (METI) Jepang di bawah payung Indonesia–Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) yang diperbarui pada 2022.
Kepala BPSDMI Kemenperin Masrokhan menyampaikan, pelatihan dasar mold and dies telah digelar secara rutin sejak 2019 hingga 2024 dan melibatkan 225 guru SMK.
“Untuk tahun ini, pelatihan berlangsung selama 10 hari, mulai 20 Agustus hingga 2 September 2025, dengan peserta sebanyak 25 guru dari bidang permesinan dan elektronika di berbagai daerah,”kata Masrokhan.
Masrokhan menjelaskan, pelatihan ini bertujuan memperkuat pemahaman peserta terkait proses produksi, penggunaan alat, serta keselamatan kerja di industri mold and dies. Hasil pembelajaran tersebut nantinya akan diintegrasikan dengan kurikulum pendidikan vokasi agar semakin selaras dengan kebutuhan industri.
“Program ini diharapkan menjadi acuan dalam penyusunan kurikulum, pengembangan fasilitas pendidikan, dan peningkatan kualitas pengajaran di sekolah vokasi,” imbuhnya.
Perwakilan AOTS Jepang, Yosuhiro Chino, mengapresiasi antusiasme para guru SMK Indonesia yang mengikuti pelatihan tersebut. Ia berharap para peserta dapat menjadi agen perubahan di lingkungan sekolah masing-masing.
“Pelatihan ini penting agar dunia pendidikan terus mengikuti perkembangan teknologi industri dan mampu mencetak SDM yang siap kerja,”ungkap Yosuhiro.
Kemenperin dan METI Jepang berkomitmen untuk terus memperluas kerja sama di berbagai bidang strategis, termasuk pengembangan industri kecil dan menengah (IKM), transformasi menuju industri hijau, serta penerapan konsep Industry 4.0. Melalui sinergi antara AOTS dan BPSDMI sebagai pelaksana program, kerja sama ini diharapkan mampu meningkatkan kompetensi SDM industri nasional, memperkuat daya saing manufaktur, serta mendorong kemandirian industri menuju Indonesia yang berdaya saing global.
Editor: Redaksi TVRINews
