
Penulis: Alfin
TVRINews, Jakarta
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyerahkan Anugerah KPAI 2025 kepada tokoh dan lembaga yang dinilai memberi kontribusi signifikan dalam pemenuhan hak anak. Penghargaan diserahkan oleh Ketua KPAI, Margaret Aliyatul Maimunah, dalam acara di Studio TVRI, Ruang Auditorium Bung Karno, Gedung Pusat Produksi Siaran (GPPS) TVRI, Rabu, 10 Desember 2025.

Giwo Rubianto Wiyogo menerima penghargaan tersebut sebagai apresiasi atas dedikasinya selama memimpin KPAI pada 2004–2007. Ia termasuk dalam jajaran pejuang perlindungan anak yang konsisten memperjuangkan hak-hak anak di Indonesia.
Giwo Rubianto menyampaikan bahwa anugerah ini menjadi pengingat kolektif akan tanggung jawab perlindungan anak yang tidak pernah selesai. Ia menekankan peran seluruh elemen bangsa, mulai dari orang tua, sekolah, masyarakat, hingga sektor digital yang kini melekat pada kehidupan anak-anak.
Dalam refleksinya, Giwo menggambarkan upaya membangun sistem perlindungan anak di tahun-tahun awal KPAI “sebagai menapaki hutan belantara”. Tantangan yang ditemui pada masa itu menjadi dasar penting bagi penguatan regulasi perlindungan anak, termasuk pasal kekerasan dan jaminan pemenuhan hak anak dalam kerangka regulasi nasional.
Giwo menuturkan kebahagiaannya melihat anak-anak tersenyum dan memperoleh haknya. Menurutnya, perkembangan KPAI pusat dan daerah saat ini menunjukkan koordinasi yang lebih kuat, sehingga layanan perlindungan anak semakin sistematis dan menjangkau kelompok rentan.
Meski demikian, ia menilai tantangan perlindungan anak kian kompleks. Kasus kekerasan fisik, psikis, dan seksual masih marak dan banyak terjadi di lingkungan terdekat anak. Perundungan di sekolah maupun media sosial terus meningkat dan berdampak panjang pada kondisi psikologis serta prestasi belajar. Risiko digital seperti cyberbullying, grooming, dan eksploitasi daring juga menguat seiring meningkatnya penggunaan perangkat digital oleh anak.
Ia menambahkan persoalan kesehatan mental, eksploitasi ekonomi, dan keterbatasan akses bagi anak penyandang disabilitas masih menjadi pekerjaan besar. Anak-anak juga rentan dalam situasi bencana dan perubahan iklim sehingga layanan perlindungan, pendidikan, dan pemulihan psikologis perlu diperkuat.
Melihat dinamika tersebut, Giwo mengajak seluruh elemen bangsa bergandengan tangan memperjuangkan hak anak dan meningkatkan literasi digital keluarga agar anak terlindungi dari risiko dunia maya.
“Masa depan bangsa sangat ditentukan oleh cara kita memperlakukan anak hari ini,” ujarnya.
Ia berharap setiap anak Indonesia dapat tumbuh dalam lingkungan aman, sehat, inklusif, dan penuh kasih sayang.
Editor: Redaktur TVRINews
