
Kasad Ungkap Langkah Presiden Amankan Jembatan Bailey bagi Wilayah Terdampak Aceh
Penulis: Krisafika Taraisya Subagio
TVRINews, Banda Aceh
Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak mengungkapkan langkah Presiden dalam mengamankan ketersediaan jembatan Bailey untuk mempercepat pemulihan akses wilayah terdampak bencana di Aceh.
Langkah tersebut diambil menyusul tingginya kebutuhan jembatan darurat di lapangan, sementara stok jembatan Bailey sangat terbatas. Hal tersebut disampaikan Maruli Simanjuntak selaku Kasatgas Darurat Jembatan dalam Rapat Koordinasi Satgas Pemulihan Pascabencana DPR RI Bersama Kementerian/Lembaga dan Kepala Daerah Terdampak.
Lebih lanjut, Kasad menjelaskan bahwa berdasarkan hasil survei yang dilakukan TNI AD, kebutuhan awal jembatan Bailey di Aceh mencapai sekitar 24 unit dan masih berpotensi bertambah. Namun, jembatan Bailey saat ini tidak tersedia dalam kondisi siap pakai (ready stock), baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
"Presiden sudah merencanakan pembelian jembatan Bailey dari negara luar. Namun memang hampir tidak ada yang memiliki stok siap, sehingga harus dikumpulkan dari beberapa negara untuk bisa disuplai ke lokasi bencana," ujar Maruli, Selasa, 30 Desember 2025, dikutip dari YouTube TVR Parlemen.
Di tengah keterbatasan tersebut, TNI Angkatan Darat tetap bergerak melakukan pengerahan jembatan darurat. Hingga saat ini, sebanyak 22 jembatan Bailey telah dikerahkan ke berbagai titik di Aceh, ditambah 14 jembatan dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU) untuk mendukung pembukaan akses transportasi.
Selain jembatan Bailey, TNI juga menyiapkan jembatan Armco dan jembatan gantung sebagai alternatif. Untuk jembatan Armco, tercatat sekitar 39 unit telah disiapkan di Aceh lengkap dengan perlengkapannya. Sementara itu, survei kebutuhan jembatan gantung masih terus dilakukan, dengan perkiraan kebutuhan mencapai ratusan titik di wilayah terdampak.
Kasad menilai jembatan Armco cukup efektif digunakan dalam kondisi darurat, khususnya untuk jalan yang terbelah oleh aliran air, karena proses pemasangannya relatif cepat.
Meski demikian, jembatan Bailey tetap menjadi salah satu infrastruktur utama yang dibutuhkan untuk menghubungkan kembali wilayah-wilayah yang terisolasi.
Kasad juga mengakui bahwa hingga saat ini pengerjaan jembatan darurat masih dilakukan secara swadaya karena sistem keuangan belum sepenuhnya berjalan. Meski demikian, hal tersebut tidak menjadi alasan untuk menghentikan pekerjaan di lapangan.
"TNI tidak berhenti. Material jembatan kami kumpulkan dari berbagai daerah, mulai dari Pulau Jawa, Lampung, hingga Kalimantan, termasuk dengan pemborongan langsung ke pabrik-pabrik," tegasnya.
Editor: Redaksi TVRINews
