
Lemang Legendaris Kota Curup, Usaha Keluarga yang Bertahan Sejak 1976
Penulis: Redaksi TVRINews
TVRINews, Curup
Di sebuah rumah sederhana di Gang PKWI, Kelurahan Pasar Tengah, Kota Curup, asap tipis mengepul dari puluhan batang bambu yang berdiri di atas perapian.
Di sudut rumah ini, Mayulis bersama suaminya, Samsul Bahri, mempertahankan tradisi turun-temurun membuat lemang yang telah berjalan sejak tahun 1976.
Sejak subuh, pasangan ini sudah sibuk menyiapkan adonan beras ketan dan santan, memasukkannya ke dalam bambu yang dilapisi daun pisang, lalu membakarnya hingga matang.
Proses pembakaran memerlukan waktu empat jam dan bambu harus dibalik secara berkala agar tidak gosong.
Usaha lemang ini dirintis oleh ibu Mayulis sejak 1976. Dahulu, mereka mampu memproduksi hingga ratusan batang lemang per hari, namun kini hanya sekitar 50 hingga 60 batang, tergantung jumlah pesanan. Uniknya, usaha lemang ini hanya dilakukan selama bulan Ramadan.
Harga satu batang lemang berkisar antara Rp35.000 hingga Rp40.000, sedangkan potongan kecil dijual mulai dari Rp5.000. Dengan menjual lemang dan tapai ketan sebagai pelengkap, Mayulis dan suami mampu meraup keuntungan sekitar Rp400.000 per hari selama Ramadan.
"Kami mulai sejak subuh menyiapkan semua bahan, proses pembakaran memakan waktu cukup lama, tetapi kami senang bisa mempertahankan tradisi ini," ujar Mayulis.
Meski usaha ini masih bertahan, Mayulis mengaku mulai khawatir akan masa depan usahanya. Pasalnya, tidak satu pun dari tiga anaknya yang berminat meneruskan tradisi keluarga ini.
Jika tak ada penerus, lemang legendaris khas Kota Curup ini dikhawatirkan hanya akan menjadi kenangan di masa depan.
Editor: Redaktur TVRINews