Penulis: Ricardo Julio
TVRINews, Jakarta
Di jantung kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat, berdiri sebuah kompleks bersejarah yang menjadi saksi bisu lahirnya bangsa, Antara Heritage Center. Bangunan ini bukan sekadar kantor berita, melainkan juga museum dan galeri yang menyimpan cerita panjang perjalanan jurnalistik Indonesia, termasuk peristiwa monumental penyiaran proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.
Menurut Ismar Patrizki, Manager Galeri Foto Antara, kompleks ini mencakup bangunan-bangunan heritage yang dulunya adalah markas kantor berita Belanda bernama Aneta. “Gedung Gria Aneta mulai dibangun pada 1 April 1917 dan selesai pada 1 Oktober 1929. Aneta didirikan oleh Dominic Wilberetti pada tahun 1918 dan berkantor di sini,” ungkapnya.
Gedung bergaya kolonial ini memiliki menara ikonik yang dilengkapi jam besar. Lokasi tersebut tak hanya menjadi saksi era kolonial Belanda, tetapi juga masa pendudukan Jepang. “Ketika Jepang masuk tahun 1942, Belanda pergi dan gedung ini sempat ditempati Antara pada Maret 1942. Namun, pada Mei 1942 diambil alih oleh Jepang dan dijadikan kantor berita Yashima, lalu berubah menjadi Domei,” jelas Ismar.
Yang membuat gedung ini begitu istimewa adalah perannya dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Di sinilah, pada 17 Agustus 1945, berita proklamasi kemerdekaan RI disiarkan ke dunia. “Dari tempat inilah kita mendapat pengakuan kedaulatan dari negara-negara sahabat pada saat itu,” tambahnya.
Kini, bangunan bersejarah itu dikenal sebagai Graha Antara, yang menjadi kantor redaksi kantor berita Antara, sekaligus rumah bagi Museum dan Galeri Foto Antara. Museum ini kerap menggelar pameran foto dan berbagai kegiatan kreatif lainnya.
Ismar menegaskan bahwa Antara Heritage Center terbuka untuk masyarakat umum, termasuk kunjungan dari sekolah, kampus, maupun instansi lainnya. “Siapapun boleh berkunjung, asal bersurat terlebih dahulu. Banyak juga rombongan dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi yang datang ke sini,” katanya.
Namun, kunjungan secara pribadi tanpa rombongan juga diperbolehkan. “Kalau sekadar melihat-lihat saja, juga bisa. Tempat ini memang terbuka untuk umum,” ujarnya.
Ismar berharap keberadaan museum ini dapat terus dikembangkan, baik dari sisi koleksi maupun manfaatnya sebagai sarana edukasi publik. “Kami ingin masyarakat lebih mengenal sejarah panjang Antara dan perjalanan Republik ini, dalam kemasan jurnalistik. Karena inti dari tempat ini adalah jurnalistik,” pungkasnya.
Dengan warisan sejarah yang kaya, Antara Heritage Center bukan hanya menjadi penanda masa lalu, tetapi juga jendela bagi generasi kini untuk memahami peran media dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Editor: Redaktur TVRINews