Penulis: Fityan
TVRInews – Malang - Bekasi
100 Anak dari Keluarga Pra-Sejahtera di Batu dan Malang Diterima di Sekolah Berasrama Gratis, Orang Tua Menangis Haru Melepas Anak Mereka.
Suasana haru menyelimuti halaman asrama Sekolah Rakyat (SR) jenjang SMP di Kota Batu, Jawa Timur, Senin (14/7/2025) pagi. Sebanyak 100 anak dari keluarga pra-sejahtera resmi memulai babak baru dalam hidup mereka: menjadi pelajar di sekolah berasrama gratis yang seluruh biayanya ditanggung pemerintah.
Bagi sebagian besar orang tua, momen ini lebih dari sekadar melepas anak ke sekolah. Ini adalah perwujudan mimpi yang sempat mereka kira tak mungkin.
Salah satunya Evi Widya (35), ibu rumah tangga asal Kelurahan Temas, Kota Batu. Dengan suara lirih, ia menceritakan bagaimana program ini seakan menjawab doa-doanya. "Ekonomi sedang susah, sekolah mahal. Program ini seperti jalan terang buat anak saya, Mirza," tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Baca Juga: Dinsos Samarinda Siapkan Infrastruktur dan Fasilitas Pendukung Sekolah Rakyat
Mirza Zibran (12), putra Evi yang sebelumnya menempuh pendidikan di MI Wahid Hasyim, Kabupaten Malang, tampak antusias saat masuk asrama. Ia tak asing dengan kehidupan mandiri karena sudah pernah mondok sejak kecil. Kini, ia melangkah mantap ke lingkungan baru yang menjanjikan lebih dari sekadar pendidikan.
“Tempat tidurnya katanya nyaman. Dia senang karena akan punya banyak teman baru,” ucap Evi sambil tersenyum.
Fasilitas yang disiapkan pun tak main-main: seragam lengkap, sepatu, tas, hingga peralatan mandi. Sekolah ini dilengkapi musala, aula, lapangan olahraga, dan penginapan berstandar baik. “Rasanya seperti sekolah unggulan, tapi untuk rakyat kecil,” tegas Evi.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Batu, M. Chori, menyampaikan bahwa kegiatan belajar mengajar formal akan dimulai 1 Agustus 2025. Untuk saat ini, para siswa akan mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) guna beradaptasi.
"Mereka akan tinggal di asrama dan belajar tata tertib terlebih dahulu. Ini penting untuk membentuk karakter," ujar Chori.
Sebanyak 54 siswa berasal dari Kota Batu dan 46 dari Kabupaten Malang. Setiap 10 siswa akan didampingi oleh seorang wali asuh agar pendampingan berjalan optimal. Komunikasi antara orang tua dan pihak sekolah juga difasilitasi lewat grup WhatsApp.
Program ini tidak hanya terjadi di Batu. Di waktu yang sama, momen serupa berlangsung di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 13 Kota Bekasi. Sebanyak 180 siswa dari keluarga tidak mampu diantar dengan peluk dan doa oleh orang tua mereka menuju masa depan baru di Sentra Terpadu Pangudi Luhur.
Wuryani, ibu dari Khalid, tak bisa menahan air matanya. “Saya nggak nyangka anak saya bisa sekolah di tempat sebagus ini. Alhamdulillah sekali,” ucapnya terisak.
Program Sekolah Rakyat ini menjadi jawaban konkret pemerintah terhadap ketimpangan akses pendidikan. Wakil Menteri Sekretaris Negara Juri Ardiantoro menegaskan komitmen negara:
“Kalau rakyat punya semangat belajar tapi tak punya uang, maka negara hadir menyediakan tempat terbaik itulah Sekolah Rakyat,” tegas Juri saat membuka MPLS secara nasional di Bekasi.
Sekolah Rakyat berdiri dengan semangat Trilogi Pendidikan Keadilan: Memuliakan wong cilik, Menjangkau yang belum terjangkau, dan Memungkinkan yang tak mungkin. Pendidikan yang selama ini menjadi mimpi mewah bagi banyak keluarga, kini menjadi kenyataan.
Di tengah keterbatasan ekonomi, anak-anak ini melangkah penuh harapan. Di balik peluk hangat dan tangis haru orang tua, ada satu tekad: mereka tidak akan menyerah pada nasib. Mereka sedang menjemput masa depan yang lebih adil dimulai dari Sekolah Rakyat.
Editor: Redaktur TVRINews