
Foto: Kepulauan Raja Ampat, Provinsi Papua Barat, Indonesia (TVRINews/Lidya Thalia)
Penulis: Krisafika Taraisya Subagio
TVRINews, Jakarta
Raja Ampat kembali menorehkan prestasi di kancah internasional. Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) resmi menetapkan kepulauan di Papua Barat ini sebagai Cagar Biosfer Dunia.
Pengakuan global ini memperkuat posisi Raja Ampat sebagai salah satu wilayah laut dengan keanekaragaman hayati terkaya di dunia. Dari 30 cagar biosfer baru yang diumumkan, Raja Ampat menonjol karena kekayaan bawah lautnya yang unik dan terjaga.
Raja Ampat kini menjadi salah satu dari sedikit kawasan di dunia yang menyandang dua gelar internasional UNESCO sekaligus, setelah lebih dulu meraih status Geopark Global pada tahun 2023.
Cagar biosfer Raja Ampat mencakup area sekitar 135 ribu kilometer persegi dengan lebih dari 610 pulau, meski hanya 34 di antaranya berpenghuni.
Terletak di jantung Segitiga Terumbu Karang, kawasan ini menjadi rumah bagi lebih dari 75 persen spesies karang dunia, lebih dari 1.320 jenis ikan karang, serta lima spesies penyu laut langka, termasuk penyu sisik yang terancam punah.
Menurut UNESCO, penetapan cagar biosfer bertujuan menciptakan "laboratorium hidup", di mana masyarakat, ilmuwan, dan pemerintah bekerja sama dalam melestarikan keanekaragaman hayati, mendorong pembangunan berkelanjutan, sekaligus memperkuat pendidikan dan penelitian.
Dengan kondisi sekitar 60 persen terumbu karang yang masih sangat baik, Raja Ampat tidak hanya dikenal sebagai destinasi wisata kelas dunia, tetapi juga sebagai pusat konservasi yang penting bagi keberlanjutan ekosistem laut global.
Hingga kini, terdapat lebih dari 700 cagar biosfer di 130 negara yang diakui UNESCO, mencakup lebih dari 5 persen daratan dunia. Raja Ampat menjadi bagian dari jaringan penting tersebut, sekaligus membawa nama Indonesia semakin diakui dalam upaya menjaga warisan alam dunia.
Editor: Redaktur TVRINews