
Palestina Ingin Perdamaian Nyata, Bukan Dibuat-buat Oleh Israel
Penulis: Intan Kw
TVRINews, Jakarta
Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al-Shun mengatakan, Palestina menginginkan perdamaian yang nyata bukan yang dibuat-buat oleh Israel.
Hal itu dikatakannya saat peringatan 76 tahun peristiwa Al-Nakba yang digelar Kedutaan Besar Palestina di Jakarta.
"Para pemimpin dan rakyat kita (Palestina) menginginkan perdamaian yang sesungguhnya. Ruang perdamaian nyata di dunia internasional, bukan perdamaian atas keinginan Israel. Itu tidak akan," kata Al-Shun, Rabu, 15 Mei 2024.
Baca Juga; Korban Banjir Bandang di Sumbar Bertambah, 58 Orang Meninggal Dunia 35 Masih dalam Pencarian
Al-Shun menuturkan Palestina masih belum merdeka dan bahkan selama 76 tahun terus berada di bawah pendudukan Israel.
“Saudaraku, 76 tahun Palestina berada di bawah pendudukan. Tidak ada seorangpun yang bisa menerima bahwa rumahnya diambil orang lain. Hingga kini Palestina masih menderita,” ucapnya.
Lebih jauh, Al-Shun pun merasa heran dengan tindakan negara Barat, khususnya Amerika Serikat (AS) yang tidak bergeming meski telah mengetahui begitu banyak kerusakan yang telah dibuat Israel.
“Di Majelis Umum PBB ada 148 negara yang mengakui Palestina, tetapi AS memvetonya. Saya heran kenapa ini dilakukan?, Mengapa Anda (AS) menentang negara Palestina merdeka?,” ungkapnya.
Sebagai informasi, pada 15 Mei 2024, rakyat Palestina memperingati 76 tahun Al-Nakba, sebuah peristiwa tragis yang berlangsung pada 1947-1948.
Peristiwa ini merupakan sebuah tragedi besar yang mengakibatkan pengusiran dan pembersihan etnis massal terhadap penduduk Palestina dari tanah air mereka.
Baca Juga: Menhub Tekankan Pentingnya Kualitas dan Aspek Keselamatan dalam Produksi Bus
Selama periode tersebut, lebih dari 750.000 dari 1,4 juta warga Palestina terpaksa mengungsi akibat kampanye kekerasan yang sistematis dilakukan oleh milisi Israel, dengan hanya 15 persen yang berhasil tetap tinggal di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Garis Hijau. Kekerasan ini meliputi penghancuran lebih dari 531 desa dan kota, pembunuhan massal, penjarahan, dan intimidasi yang bertujuan untuk merebut tanah dan properti milik rakyat Palestina.
Situasi yang berlangsung baru-baru ini merefleksikan tragisnya peristiwa Al-Nakba, seiring dengan meningkatnya konflik 7 Oktober yang ditandai dengan agresi militer yang dilancarkan oleh pasukan Israel di Jalur Gaza.
Agresi tersebut telah menewaskan lebih dari 35.000 warga Palestina, di mana 70 persen dari jumlah tersebut adalah anak-anak dan wanita, dan lebih dari 1,5 juta penduduk kehilangan tempat tinggalnya.
Editor: Redaktur TVRINews