
dok. Pixabay
Penulis: Redaksi TVRINews
TVRINews, Jakarta
Badan Pangan Nasional (Bapanas) memastikan ketersediaan telur ayam ras secara nasional dalam kondisi aman dan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama Ramadan hingga Lebaran 2026. Pasokan telur sepenuhnya ditopang oleh produksi peternak dalam negeri dengan kondisi surplus.
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas, I Gusti Ketut Astawa, menyampaikan bahwa stok telur ayam ras secara nasional berada pada level yang sangat mencukupi dan tidak menghadapi risiko kekurangan, termasuk saat puncak permintaan pada bulan puasa dan hari raya.
“Secara nasional ketersediaan telur sangat banyak dan aman melewati Ramadan. Kita dalam kondisi surplus, jadi tidak ada masalah dari sisi pasokan,” ujar Ketut dalam keterangan tertulis, dikutip, Kamis, 25 Desember 2025.
Terkait fluktuasi harga telur ayam ras yang terjadi belakangan ini, Ketut menjelaskan bahwa kenaikan lebih disebabkan faktor musiman, seperti meningkatnya permintaan menjelang Natal dan Tahun Baru, bukan akibat program prioritas Presiden Prabowo Subianto, yakni Makan Bergizi Gratis (MBG).
Menurutnya, dampak program MBG terhadap kebutuhan telur ayam ras nasional masih relatif kecil. Dalam Proyeksi Neraca Pangan Nasional, kebutuhan telur untuk Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) MBG masih dapat dipenuhi sepenuhnya dari produksi domestik.
“Porsi kebutuhan telur untuk program MBG belum besar jika dibandingkan dengan total konsumsi nasional,” jelasnya.
Bapanas mencatat, kebutuhan konsumsi telur ayam ras secara nasional diperkirakan mencapai 6,487 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, kebutuhan untuk program MBG pada 2025 sekitar 127,3 ribu ton atau setara 1,96 persen. Sementara itu, produksi telur ayam ras nasional diproyeksikan mencapai 6,561 juta ton per tahun, sehingga tetap berada pada posisi surplus.
Stok akhir tahun 2025 juga diperkirakan meningkat signifikan. Bapanas memproyeksikan stok telur ayam ras nasional mencapai 74,5 ribu ton, melonjak sekitar 154 persen dibandingkan stok akhir 2024 yang tercatat sebesar 29,3 ribu ton.
Meski pasokan aman, pemerintah tetap melakukan pengawasan ketat terhadap pergerakan harga agar sesuai dengan Harga Acuan Penjualan (HAP) di tingkat konsumen yang ditetapkan sebesar Rp30.000 per kilogram.
Ketut menyampaikan bahwa para peternak telah berkomitmen menjaga harga di tingkat produsen pada kisaran Rp22.000 hingga Rp25.000 per kilogram, sehingga pedagang diharapkan dapat menjual telur sesuai HAP kepada masyarakat.
“Dengan harga di peternak pada rentang tersebut, seharusnya harga di konsumen masih bisa di Rp30.000 per kilogram,”ungkapnya.
Berdasarkan Panel Harga Pangan Bapanas, rata-rata harga telur ayam ras di tingkat konsumen secara nasional mulai menunjukkan tren penurunan dalam sepekan terakhir. Per 24 Desember, harga rata-rata berada di Rp31.595 per kilogram, turun dibandingkan sepekan sebelumnya yang mencapai Rp31.671 per kilogram.
Adapun provinsi dengan rata-rata harga telur ayam ras terendah tercatat di Bali, yakni Rp27.635 per kilogram atau sekitar 7,8 persen di bawah HAP. Bapanas akan terus memperkuat pengawasan agar harga telur di tingkat konsumen kembali berada pada level yang wajar dan terjangkau.
Editor: Redaktur TVRINews
