
Deputi Bidang Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa Kemenko PMK, Warsito (TVRINews/HO-Kemenko PMK)
Penulis: Krisafika Taraisya Subagio
TVRINews, Jakarta
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menegaskan bahwa harmoni antara iman dan alam merupakan fondasi penting dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Nilai-nilai keagamaan dinilai memiliki peran strategis dalam menjawab tantangan krisis lingkungan global yang kian nyata.
Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa Kemenko PMK, Warsito, saat mewakili Menteri Koordinator PMK sebagai narasumber dalam Seminar Nasional bertema Ekoteologi untuk Indonesia Hijau Berkelanjutan di Jakarta, Sabtu, 20 Desember 2025.
Warsito menegaskan, Indonesia sebagai negara berketuhanan memiliki kekhasan tersendiri dalam memadukan peran negara dan nilai-nilai agama. Dengan Pancasila sebagai titik temu, Indonesia membuktikan bahwa agama dan negara dapat berjalan seiring secara harmonis.
"Indonesia bukan negara agama dan bukan pula negara sekuler. Pancasila menjadi landasan yang memungkinkan nilai keagamaan berkontribusi nyata dalam pembangunan, termasuk dalam menjaga kelestarian lingkungan," ujar Warsito dalam keterangan tertulis, dikutip dari siaran pers yang diterima tvrinews.com, Minggu, 21 Desember 2025.
Menurutnya, dunia saat ini dihadapkan pada berbagai krisis global, mulai dari krisis iklim, krisis energi, degradasi lingkungan, hingga krisis nilai. Indonesia pun turut merasakan dampak perubahan iklim, seperti kenaikan suhu tahunan, penurunan kualitas air tanah, serta pencemaran udara.
Dalam konteks regional dan global, Warsito menekankan posisi strategis Indonesia, khususnya di kawasan ASEAN, dalam isu lingkungan, ekonomi hijau, dan pengendalian polusi plastik. Dengan luas hutan dan wilayah laut yang besar, Indonesia dinilai menjadi aktor kunci dalam pencapaian target iklim global.
"Keberhasilan Indonesia dalam menjaga lingkungan hidup bukan hanya kepentingan nasional, tetapi juga kepentingan dunia," tegasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa pemerintah telah memiliki kerangka kebijakan yang kuat untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, di antaranya melalui Asta Cita, RPJPN 2025–2045, SDGs, pengembangan ekonomi hijau dan biru, serta kebijakan moderasi beragama. Tantangan ke depan, lanjutnya, terletak pada penguatan implementasi lintas sektor dan lintas aktor.
Menjawab tantangan era digital, Kemenko PMK mendorong pemanfaatan teknologi digital dan kecerdasan artifisial (AI) untuk mendukung pengembangan ekoteologi. Pemanfaatan teknologi dinilai penting dalam pemantauan lingkungan, peningkatan literasi ekologis, serta edukasi publik yang lebih luas.
Kemudian,nWarsito juga mendorong rumah ibadah agar berperan sebagai pusat edukasi lingkungan berbasis nilai agama, dengan melibatkan generasi muda sebagai agen perubahan.
"Menjaga alam bukan sekadar kewajiban ekologis, tetapi juga panggilan iman, amanah konstitusi, dan tanggung jawab peradaban," ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Agama sekaligus Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, menekankan pentingnya implementasi ekoteologi melalui integrasi iman, ilmu, dan amal dalam kehidupan sehari-hari. Ia menegaskan bahwa kepedulian terhadap sesama makhluk dan alam semesta merupakan bagian dari kesadaran moral dan spiritual manusia.
Editor: Redaktur TVRINews
