
dok. Tangkapan Layar Youtube Kemenag
Penulis: Nisa Alfiani
TVRINews, Jakarta
Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak umat Kristiani di seluruh Indonesia untuk menjadikan perayaan Hari Raya Natal 2025 sebagai momentum memperkuat kembali peran keluarga sebagai fondasi utama kehidupan iman, sosial, dan kebangsaan.
Dalam Pesan Natal 2025 yang disampaikan pada Kamis (25/12/2025), Menag menegaskan bahwa Natal bukan sekadar perayaan keagamaan, melainkan panggilan rohani untuk merawat keluarga sebagai ruang pertama tempat kasih, iman, dan harapan bertumbuh.
Dengan mengusung tema “Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga”, Menag menekankan bahwa keluarga memiliki posisi strategis dalam membangun kehidupan berbangsa yang rukun dan berkeadaban.
“Keluarga adalah jantung kehidupan bangsa. Dari keluarga yang utuh dan penuh kasih, lahir gereja yang bertumbuh, masyarakat yang harmonis, dan Indonesia yang memiliki harapan,” ujar Menag dilansir dari website resmi Kementerian Agama (Kemenag), Kamis (25/12/2025).
Menag menjelaskan, penguatan keluarga menjadi semakin penting di tengah berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat saat ini, mulai dari polarisasi sosial, tekanan ekonomi, hingga dampak bencana yang masih dirasakan banyak keluarga di berbagai daerah.
“Di tengah situasi yang tidak mudah, rumah harus kembali menjadi tempat yang aman bagi iman dan kemanusiaan. Keluarga perlu menjadi ruang saling menguatkan, bukan sekadar tempat tinggal,” tutur Menag.
Selain menekankan pentingnya keluarga, Menag juga mengajak umat Kristiani memaknai Natal sebagai panggilan iman untuk menjaga dan merawat ciptaan Tuhan. Menurutnya, krisis iklim dan kerusakan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama yang harus direspons secara nyata.
“Iman harus tercermin dalam cara kita hidup sehari-hari. Mengurangi penggunaan plastik, menanam pohon, dan menghemat energi adalah bentuk nyata syukur kepada Tuhan atas bumi yang kita terima sebagai anugerah,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Menag mengingatkan bahwa perayaan Natal 2025 berlangsung di tengah duka sebagian saudara sebangsa yang terdampak bencana. Oleh karena itu, Natal harus dihayati sebagai momen solidaritas dan kepedulian.
“Natal tidak boleh dirayakan dengan melupakan mereka yang sedang menderita. Semangat Natal justru mendorong kita untuk hadir, berbagi, dan menguatkan sesama,” pungkas Menag.
Editor: Redaksi TVRINews
