Penulis: Freddy Ladi
TVRINews, Sumba Barat Daya
Perkawinan memiliki makna mendalam bagi suku Sumba yang menghuni pulau eksotis di Nusa Tenggara Timur. Khususnya dalam prosesi lamaran, terdapat tradisi unik yang menjadi ciri khas budaya lokal, yaitu mahar belis bagi perempuan Sumba. Mengikuti adat turun-temurun, laki-laki yang berniat untuk menikahi seorang wanita Sumba harus menyediakan mahar yang tak biasa, puluhan ekor kuda dan kerbau.
Sebagai bagian dari budaya Sumba, tradisi mahar belis menegaskan ikatan sosial dan ekonomi antara dua keluarga yang akan bersatu. Meskipun mungkin terdengar aneh bagi beberapa orang, tradisi ini diyakini sebagai wujud penghormatan seorang pria kepada calon istrinya dan keluarga perempuan tersebut.
Dalam sebuah upacara adat yang meriah dan penuh makna, pihak laki-laki akan menghadap keluarga perempuan dengan rombongan yang berisi puluhan ekor kuda dan kerbau. Sebelum itu, prosesi lamaran biasanya telah berlangsung dimana kedua keluarga telah menyepakati pernikahan tersebut.
Baca juga: Kunjungi Manggarai Timur, Menteri Sosial RI Beri Bantuan Korban TPPO
"Saat ini, tradisi mahar belis masih dijaga oleh masyarakat Sumba. Ini adalah bagian penting dari upacara pernikahan kami dan merupakan bentuk penghargaan dan cinta dari calon suami kepada calon istri," kata Edmond Malo Nono, seorang tetua adat di desa Tena Teke kepada TVRINews.
Sejumlah kuda dan kerbau yang harus dihadirkan sebagai mahar bisa bervariasi tergantung pada status sosial dan kesepakatan keluarga. Namun, dalam beberapa kasus, laki-laki harus menyiapkan hingga puluhan ekor kuda dan kerbau, yang tentu saja menuntut kesiapan finansial yang serius.
Tradisi ini terus dijaga dan dihormati oleh generasi muda di pulau Sumba. Bagi mereka, ini adalah bagian dari identitas dan kekayaan budaya mereka yang harus dilestarikan dan diwariskan ke generasi berikutnya.
Sekalipun terdapat perubahan di berbagai aspek kehidupan sosial dan budaya, termasuk di wilayah Nusa Tenggara Timur, namun keberadaan tradisi mahar belis bagi perempuan Sumba tetap menjadi landasan kuat dalam menjalin hubungan pernikahan yang berarti dan bermakna bagi masyarakat lokal.
Tradisi ini juga menarik perhatian wisatawan dari berbagai belahan dunia yang tertarik untuk menyaksikan kekayaan budaya dan keunikan adat Sumba. Namun, sambil mengapresiasi dan menghormati tradisi lokal, perlu diingat bahwa setiap tradisi harus dijalankan dengan penuh pemahaman dan penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan kesetaraan antara pria dan wanita.
Sumba, sebagai bagian dari kekayaan Indonesia, terus menunjukkan keberagaman budaya yang menakjubkan. Semoga tradisi mahar belis ini dapat terus dilestarikan dan menjadi simbol keberlanjutan serta kemajuan masyarakat Sumba tanpa menghilangkan nilai-nilai adat dan kearifan lokal yang luhur.
Baca juga: Final IBL 2023: Menang di Kandang Pelita Jaya, Prawira Harum Amankan Game 1
Editor: Redaktur TVRINews