
Khofifah Ajak Warga Jatim Budayakan “Saring Sebelum Sharing” di Era Digital
Penulis: Nisa Alfiani
TVRINews, Jakarta
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengajak seluruh masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan media digital dengan mengedepankan sikap kritis dan bertanggung jawab terhadap informasi yang diterima dan dibagikan. Imbauan ini disampaikannya dalam rangka memperingati Hari Literasi Internasional yang jatuh pada 8 September 2025.
Dalam pernyataannya, Khofifah menyoroti pentingnya membangun budaya literasi digital, terutama di tengah derasnya arus informasi dan maraknya penyebaran hoaks di ruang maya.
"Sekarang ini, semua orang bisa menjadi penyebar informasi hanya dengan satu klik. Tapi apakah semua informasi itu benar? Maka dari itu, mari kita biasakan saring sebelum sharing. Cermati dulu, verifikasi, baru bagikan," ujar Khofifah dalam keterangannya di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin (8/9/2025).
Khofifah menyebut bahwa di era digital seperti saat ini, literasi tidak lagi terbatas pada kemampuan membaca dan menulis, melainkan juga mencakup kemampuan memahami, memfilter, dan memanfaatkan informasi secara tepat. Dalam konteks ini, literasi digital menjadi semakin krusial, seiring dengan kemajuan teknologi seperti penggunaan Artificial Intelligence (AI) yang dapat menghasilkan informasi dalam hitungan detik.
"AI bisa bantu kita mencari informasi, tapi juga bisa menyesatkan kalau tidak dipahami dengan benar. Maka kemampuan literasi digital menjadi syarat mutlak agar kita tidak hanya jadi konsumen informasi, tapi juga bisa menilai kebenarannya," ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa kehadiran teknologi digital telah mengubah pola hidup masyarakat dari cara belajar, bekerja, hingga bersosialisasi. Namun, perubahan ini harus dibarengi dengan kecakapan literasi yang adaptif, agar masyarakat tidak mudah terprovokasi atau terjebak dalam informasi yang menyesatkan.
Gubernur perempuan pertama di Jawa Timur ini juga menegaskan bahwa penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan provokasi masih menjadi tantangan besar di era digital. Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak untuk lebih bertanggung jawab dalam menggunakan media sosial maupun platform digital lainnya.
"Jangan biarkan jempol lebih cepat dari akal sehat. Mari kita bangun kesadaran bersama, bahwa tidak semua informasi yang masuk ke gawai kita itu benar. Kroscek, tabayun, dan jangan mudah terpancing emosi," tegas Khofifah.
Berdasarkan data tahun 2024, Tingkat Gemar Membaca (TGM) masyarakat Jawa Timur berada di angka 77,15 dengan kategori tinggi, sementara Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) tercatat sebesar 78,60, masuk dalam kategori sedang. Meski capaian ini cukup baik, Khofifah menilai bahwa masih diperlukan kerja keras untuk membangun budaya literasi yang lebih merata dan mendalam.
"Angka-angka ini menggembirakan, tapi jangan sampai membuat kita puas. Literasi itu bukan hanya soal statistik, tapi tentang kemampuan berpikir kritis dan bertindak bijak di era digital," ujarnya.
Khofifah pun mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk pendidik, orang tua, tokoh agama, dan pemuda, untuk menjadi agen literasi di lingkungan masing-masing. Ia percaya bahwa literasi yang kuat akan memperkuat daya tahan masyarakat dari ancaman informasi palsu dan konflik sosial berbasis digital.
"Mari kita tingkatkan literasi digital secara komprehensif. Jangan lelah untuk belajar, dan jangan lengah terhadap informasi yang kita terima. Saring before sharing, dan terus kita gaungkan pesan ini sebagai bagian dari tanggung jawab kita di era digital," tutup Khofifah.
Baca juga: Perguruan Silat Perisai Putih Tampil di World of Martial Arts 2025
Editor: Redaksi TVRINews