Penulis: Lidya Thalia.S
TVRINews, Toraja Utara
Upacara adat Rambu Solo’ kembali digelar meriah di Tana Toraja, khususnya di wilayah Toraja Utara. Salah satu momen yang paling menyedot perhatian warga adalah Ma’pasilaga Tedong atau adu kerbau, yang menjadi bagian dari prosesi pemakaman keluarga bangsawan Ne'Ulia. Dalam upacara ini, sebanyak 50 ekor kerbau dipersembahkan sebagai bentuk penghormatan mendalam kepada leluhur sekaligus penegas status sosial keluarga di tengah masyarakat.
Menurut Pepong Sitambu, tokoh adat sekaligus panjik dalam upacara ini, tradisi Ma’pasilaga memiliki makna filosofis yang dalam dalam budaya Toraja.
"Setiap ada pesta kematian, terutama pada keluarga bangsawan, akan dipotongkan kerbau dalam jumlah besar 24 ekor ke atas. Biasanya, akan diadakan juga adu kerbau atau Pasilaga sebagai bagian dari penghormatan,"ujar Pepong dalam keterangan yang diterima tvrinews.com di Pelaksanaan upacara Rambu Solo, Sa'dan Matalo, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, Selasa, 29 Juli 2025.
Dalam tradisi tersebut, kerbau tak hanya dikurbankan sebagai bentuk penghormatan kepada arwah, namun juga dijadikan simbol status sosial dan persembahan spiritual. Bahkan, adu kerbau menjadi tontonan utama yang menyedot perhatian warga. Kerbau yang menang dalam adu akan diadu kembali, dan nilainya bisa melambung tinggi di pasaran.
Upacara Rambu Solo ini masih dilestarikan oleh masyarakat Toraja hingga kini. Dalam prosesi Ne'Ulia, rangkaian acara dimulai dari Mahapasila Gatedong (adu kerbau), dilanjutkan dengan Mahapalang, Mahapalau (mengantar jenazah), penerimaan tamu, Massanduk (penghormatan keluarga), penyembelihan kerbau, hingga penguburan.
Tokoh adat juga menekankan pentingnya pelibatan generasi muda dalam pelestarian budaya ini.
“Anak-anak yang merantau harus diajak pulang saat ada pesta adat, supaya mereka tahu dan bisa meneruskan adat ini kelak,”jelasnya.
Tedong, Simbol Spiritual dan Status Sosial
Kerbau atau Tedong menjadi unsur paling esensial dalam Rambu Solo. Harga kerbau di Toraja tidak main-main, mulai dari puluhan juta hingga menembus angka miliaran rupiah, tergantung jenis dan kualitasnya. Kerbau bukan hanya untuk dipotong, tapi juga sebagai simbol kehormatan, kekayaan, hingga spiritualitas.
Beberapa jenis kerbau yang terkenal di Toraja antara lain:
- Tedong Saleko: Jenis paling mahal, bisa mencapai Rp 1 miliar. Ciri khasnya kulit putih belang hitam, tanduk kuning gading, dan bola mata putih.
- Tedong Bonga: Perpaduan warna hitam dan putih, harganya bisa mencapai Rp 350 juta.
- Lotong Boko’: Tubuh putih dengan belang hitam di punggung, sangat langka dan harganya mendekati Saleko.
- Tedong Ballian: Dikenal karena tanduknya yang bisa mencapai dua meter dan tubuh besar.
- Tedong Pudu’: Jenis paling umum, tubuh kekar berwarna hitam. Sering dijadikan kerbau petarung dalam Pasilaga.
Kerbau-kerbau tersebut biasanya dipilih dengan cermat oleh keluarga penyelenggara upacara. Semakin tinggi jenis kerbaunya, semakin tinggi pula penghargaan terhadap yang meninggal.
Ma’pasilaga Tedong menjadi bagian yang paling menghibur sekaligus sakral. Dalam ritual ini, dua kerbau jantan diadu hingga salah satunya kalah. Kerbau yang menang biasanya akan digunakan kembali dalam adu berikutnya dan harganya akan naik drastis. Tradisi ini bukan sekadar hiburan, namun juga menjadi simbol keberanian, kekuatan, dan kehormatan.
Dengan terus dipertahankannya upacara seperti ini, masyarakat Toraja membuktikan bahwa warisan leluhur tetap hidup di tengah perubahan zaman. Generasi muda diharapkan tetap merawat identitas budaya mereka agar tidak punah.
Editor: Redaktur TVRINews